JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Gropyokan Serentak, Ratusan Petani di Tangkil Sragen Tangkap 3.563 Ekor Tikus. Pemakaian Setrum Mulai Berkurang 50 %

Kades Tangkil, Suyono bersama Babinsa, Bhabinkamtibmas serta para petani dari berbagai kelompok tani saat menggelar gropyokan tikus. Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Serangan hama tikus yang belum mereda, membuat Pemerintah Desa (Pemdes) Tangkil, Kecamatan Sragen kembali menggencarkan gerakan gropyokan tikus.

Selama 9 hari terakhir, semua petani dari 10 kelompok tani (Poktan) di desa tersebut dikerahkan untuk menangkap tikus di seluruh areal desa setempat.

Total ada 3.563 ekor tikus yang berhasil ditangkap hidup dan mati selama 9 hari gropyokan. Adanya tebusan Rp 2.000 per ekor menjadi tambahan semangat bagi warga dan petani untuk mengikuti gropyokan.

Kepala Desa Tangkil, Suyono mengatakan gropyokan dimulai 18 Juli berakhir 29 Juli. Gropyokan digelar menjelang masa tanam dengan menyasar semua areal dari 10 kelompok tani.

Baca Juga :  Paguyuban Sahabat Dangkel Bagikan Paket Sembako di Bulan Ramadhan 1445 H Untuk Masyarakat Miskin dan Kurang Mampu Hingga Anak Yatim di Sragen, Kades Purwosuman: Paguyuban Yang Kompak dan Solid Membantu Warga

“Gropyokan kita mulai jam 07.00 WIB sampai jam 09.00 WIB. Bertahap menyesuaikan lahan di masing-masing kelompok tani. Melibatkan ratusan petani dari 10 kelompok tani bergiliran selama total 9 hari,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Rabu (3/8/2022).

Kades Tangkil, Suyono (berkaos merah) bersama Babinsa dan petani menggelar gropyokan tikus. Foto/Wardoyo

Kades menguraikan gropyokan dilaksanakan dengan alat emposan, omprongan, dan manual dengan cangkul, linggis dan lainnya.

Selama 9 hari, total ada 3.563 ekor tikus yang tertangkap. Dengan tebusan Rp 2000 per ekor, total tebusan untuk warga mencapai Rp 7,126 juta.

Gerakan gropyokan tikus itu digelar dengan anggaran ketahanan pangan dari pos dana desa.

Gropyokan tikus di Desa Tangkil Sragen. Foto/Wardoyo

Lebih lanjut, Kades menyampaikan gerakan gropyokan ini digelar untuk kali kedua. Sebelum musim tanam lalu, kegiatan serupa juga digelar serentak di semua areal.

Baca Juga :  Bioskop legendaris Garuda Theatre Sragen: Kenangan Manis Masa Lalu

Ia mengakui gropyokan dinilai efektif menekan populasi tikus. Hal itu terbukti dengan peningkatan produktivitas padi pada musim tanam lalu.

Menurunnya populasi tikus juga membuat kesadaran petani yang ditunjukkan menurunnya pemakaian setrum jebakan tikus.

“Sekarang sudah sangat jarang yang memasang setrum jebakan tikus. Sudah turun 50 persen lebih. Dulu pas banyak tikus, petani masih nekat memasang setrum jebakan tikus. Kesadaran juga sudah meningkat karena mereka sadar korban setrum jebakan tikus kebanyakan petani pemasang sendiri,” tandasnya. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com