Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Kisah Emak-emak Sangiran Panen Kerang Bukur Sampai Keluar Masuk Terowongan. Hasilnya Ternyata Bisa Beli Emas

Perjuangan emak-emak di Sangiran Kalijambe Sragen saat keluar dari terowongan demi berburu kerang bukur, Kamis (1/9/2022). Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Musim kemarau ternyata menjadi berkah bagi sejumlah warga di wilayah situs purbakala Sangiran tepatnya di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen.

Kondisi saluran air yang mengering membawa rejeki baru bagi warga setenpat. Mereka beramai-ramai mencari kerang atau bukur di sungai maupun di saluran irigasi desa setempat.

Bukur adalah salah satu hewan air tawar masuk kelompok kerang dengan ukuran kecil yang berhabitat di dasar sungai dan perairan tawar.

Menurut penuturan warga, kerang bukur
memang hanya bisa dipanen atau diambil setiap musim kemarau. Binatang air kaya protein itu selalu jadi buruan warga Sangiran maupun masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai Cemoro.

Seperti pemandangan Kamis (1/9/2022) siang, belasan emak emak tengah sibuk mencari kerang di saluran air.

Berbekal alat ember, karung, eyekan dari bambu dan senter serta kain gendong, mereka berburu kerang untuk dijual.

Mereka rela memasuki terowongan saluran irigasi, berendam di air demi mengais kerang di antara dasar pasir.

Usai kerang terkumpul, emak-emak itu langsung keluar dari terowongan membawa hasil buruan ke tepi sungai.

Kerang itu kemudian dibersihkan kembali serta disortir antara yang ukuran besar dan kecil.

Naryanti (36 ) warga Sangiran RT 10, Desa Krikilan, Kalijambe, Sragen pengais kerang mengatakan, bahwa musim kemarau seperti saat ini memang menjadi musim panen bukur.

Biasanya berburu bukur dilakukan di saluran irigasi yang surut.

“Nyari kerang bukur gini biasanya musiman pas kemarau tiba dan air mulai surut. Warga sini banyak yang nyari,” paparnya Kamis (1/9/2022).

Berburu kerang bukur seolah menjadi profesi sampingan di musim kemarau bagi ibu-ibu di wilayah Sangiran.

Ia menyebut dalam sehari, biasanya bisa mengantongi uang Rp 100.000 sampai Rp 150.000 dari hasil tangkapan kerang yang dijual ke pengepul.

Kerang bukur hasil panenan warga di Sangiran Kalijambe siap dijual. Foto/Wardoyo

Selama musim panen kerang, warga utamanya ibu-ibu setiap hari selalu memanfaatkan waktu luang untuk berburu.

Naryanti menuturkan dalam sekali musim kemarau dan panen bujur, tangkapannya bisa digunakan untuk membeli emas.

“Pernah sekali musim, saya bisa bisa beli 4 cincin emas dan beberapa perabot rumah tangga. Ya lumayan bisa untuk tabungan dan bantu kebutuhan,” urainya.

Menyimpan Filosofi 

Sekretaris Desa (Sekdes) Krikilan, Aries Rustioko, mengatakan kerang bukur merupakan salah satu komoditas yang menghasilkan bagi warga di desanya.

Kerang bujur bisa dimasak menjadi makanan Khas yang ada di Sangiran. Nama bukur juga menyimpan filosofi menjaga keakuran atau kerukunan warga.

“Bukur juga memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Sangiran yaitu budaya akur,” jelasnya.

Menurut Aris, melestarikan makanan tradisional menjadi bagian yang tak terpisahkan dari melestarikan budaya.

Menjaga eksistensi makanan tradisional serta menempatkannya sejajar atau bahkan lebih tinggi dari kuliner asing.

“Akan memberi dampak yang luas bagi masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan selain dengan mengkonsumsi makanan tradisional tersebut dapat juga menjadikannya sebagai oleh-oleh sehingga dapat lebih dikenal. karena bukur adalah produk musiman sebenarnya masyarakat juga sudah mulai mencoba budi daya bukur namun belum berhasil. Hasil olahan bukur biasanya juga disajikan dalam kegiatan kebudayaan masyarakat Krikilan, sebagai wujud syukur dan gotong royong,” ujarnya. Wardoyo

Exit mobile version