Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Antibiotik Tak Boleh Diberikan Sembarangan pada Anak, Ini Alasannya Menurut Dokter

Ilustrasi antibiotik / tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Memberikan antibiotik sembarangan, tak sesuai indikasi, durasi, dosis atau aturan dokter, bisa membayakan anak.

Spesialis anak konsultan alergi imunologi Molly Dumakuri Oktarina mengatakan, pemberian antibiotik secara sembarangan bisa mengganggu perkembangan sistem imun tubuh dan pertumbuhan otak anak.

Karena itlah, Molly Dumakuri Oktarina melarang orang tua langsung memberikan antibiotik pada anak yang demam tanpa adanya indikasi.

“Kita harus hati-hati dan waspada dalam penggunaan antibiotik, apalagi akhir-akhir ini di negara India ada fenomena superbugs, jadi bakteri-bakteri itu sudah resisten terhadap penggunaan antibiotik,” ujar anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu.

“Penggunaan antibiotik tidak rasional akan mengganggu perkembangan sistem imun. Kalau sistem imun terganggu maka akan mengganggu perkembangan otak.”

Antibiotik disbeut akan merusak struktur mikrobiota komensal atau makhluk hidup yang tidak bersifat merugikan, bahkan membunuhnya.

Dampak lain pada tubuh akibat penggunaan antibiotik tak rasional yakni terjadinya resistensi terhadap jenis antibiotik tertentu.

 

Resistensi Antibiotik

Biasanya petugas kesehatan meresepkan antibiotik pada kondisi infeksi yang sudah terkonfirmasi akibat bakteri berdasarkan hasil pemeriksaan.

Mereka memberikan antibiotik berdasarkan indikasi, dosis yang disesuaikan dengan berat badan, usia, gejala anak untuk mengatasi gejala infeksi tertentu.

Umumnya pada infeksi bakteri yang tidak begitu berat pemberian antibiotik tidak akan lama, yakni 5-7 hari.

“Kalau pemberiannya sesuai maka tidak akan mengganggu keragaman, jumlah mikrobiota di dalam usus, sehingga tak akan ganggu daya tahan tubuh anak. Setelahnya, mikrobiota yang didapat dari makanan sehari-hari akan ada lagi,” ujar Molly.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada kasus resistensi antibiotik maka infeksi seperti pneumonia, TBC, dan penyakit bawaan makanan dapat menjadi lebih sulit dan terkadang tidak mungkin diobati karena antibiotik jadi kurang efektif.

Menurut badan tersebut, karena antibiotik dapat dibeli untuk penggunaan manusia atau hewan tanpa resep, munculnya dan penyebaran resistensi antibiotik menjadi lebih buruk.

Demikian pula di negara-negara tanpa pedoman pengobatan standar, antibiotik sering diresepkan secara berlebihan oleh petugas kesehatan dan dokter hewan dan digunakan secara berlebihan oleh masyarakat.

Exit mobile version