BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pertumbuhan cepat eceng gondok mengancam kelestarian Waduk Cengklik di Kecamatan Ngemplak, Boyolali.
Keberadaan eceng gondok memicu sedimentasi sehingga mengurangi daya tamping air.
Kondisi itulah yang mendorong Pertamina mengajak masyarakat seputar waduk untuk memanfaatkan eceng gondok tersebut, utamanya sebagai sumber energi baru terbarukan.
Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Desa Energi Berdikari, masyarakat dilatih cara mengolah eceng gondok jadi biogas.
“Kami telah menjalankan kegiatan pelatihan kepada Kelompok Masyarakat Ngudi Tirto Lestari di Kabupaten Boyolali yang berada di sekitar lokasi operasi Pertamina, Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Adi Soemarmo,” ujar Area Manager Communication, Relations, & CSR Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho, Kamis (13/10/2022).
Dijelaskan, Waduk Cengklik tidak hanya menjadi salah satu ikon wisata alam, tapi juga memberikan dampak lingkungan dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Waduk buatan dengan luas genangan mencapai 300 ha ini mampu menarik 13.000 wisatawan per tahun.
Waduk tersebut juga menjadi sumber mata pencaharian bagi nelayan dan sumber pengairan lahan pertanian di sekitar waduk. Setidaknya masyarakat di 2 kecamatan di sekitar Waduk Cengklik, yaitu Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Nogosari menggantungkan sumber air dari Waduk Cengklik.
Hanya saja, lanjut dia, Waduk Cengklik juga mengalami sedimentasi yang disebabkan dari pertumbuhan eceng gondok. Akibatnya, daya tampung air semakin surut dari waktu ke waktu, mengingat tanaman eceng gondok dapat terus bertumbuh dengan cepat.
Jika dibiarkan tentu akan mengganggu kebutuhan air bagi orang banyak,” terangnya. Berangkat dari hal tersebut, Pertamina memberikan edukasi kepada kelompok masyarakat untuk mengumpulkan dan mengolah eceng gondok, utamanya sebagai bahan bakar biogas.
Caranya, eceng gondok dicacah dan difermentasi sehingga menghasilkan biogas ke dalam suatu wadah yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternative. Ssalah satunya untuk memasak menggunakan kompor gas. Dari pengujian 100 kg eceng gondok mampu dikonversi menjadi biogas portabel dengan kapasitas 200 liter.
Tidak hanya dimanfaatkan sebagai biogas, Pertamina juga mendorong masyarakat yang mayoritas petani di sekitar Waduk Cengklik untuk mengambil nilai manfaat eceng gondok sebagai pupuk organik padat dan cair untuk pertanian di sekitar waduk.
“Hal itu tidak hanya dapat menjaga kelestarian Waduk Cengklik, tapi juga mengurangi penggunaan pupuk kimia oleh petani, sehingga bahan yang digunakan lebih ramah lingkungan, dan memberikan penghematan serta hasil panen yang lebih sehat dan organik.”
Ditambahkan, program CSR yang dijalankan merupakan salah satu wujud dari penerapan komitmen Environment, Social, Governance (ESG) yang dijalankan Pertamina. Program tersebut juga ikut berkontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs).
“Utamanya pada poin 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak), poin 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), dan poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim).”
Turut Raharjo selaku Ketua Kelompok Ngudi Tirto Lestari merasa lega setelah menerima pelatihan yang diberikan Pertamina terkait pemanfaatan eceng gondok. Langkah tersebut juga bisa mengurangi permasalahan utama di Waduk Cengklik dampak eceng gondok.
“Kami berterimakasih kepada Pertamina karena telah membantu menemukan solusi permasalahan yang kami alami selama ini. Bahkan memberikan nilai pemanfaatan dari masalah tersebut.” Waskita