JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Setelah mendatangi 156 rumah pasien gangguan ginjal akut, dari 241 kasus yang ada, Kementerian Kesehatan menemukan sebanyak 102 obat sirup.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.
“Dari itu kita temukan 102 obat yang ada di lemari keluarga yang jenisnya sirup,” kata Budi dalam konferensi pers Jumat (21/10/2022).
Budi menjelaskan, ratusan obat sirup itu diteliti dan ditemukan kandungan polietelin glikol.
Polietelin glikol sendiri sering dipakai sebagai solubility enhancer atau pelarut tambahan dibanyak obat-obatan jenis sirup dan boleh digunakan dalam kadar yang sedikit.
Budi menjelaskan, ratusan obat sirup itu diteliti dan ditemukan kandungan polietelin glikol.
Polietelin glikol sendiri sering dipakai sebagai solubility enhancer atau pelarut tambahan dibanyak obat-obatan jenis sirup dan boleh digunakan dalam kadar yang sedikit.
“Jadi obat-obat sirup ini supaya melarutnya bagus diberi pelarut tambahan polietelin glikol. Enggak beracun, tapi kalau membuatnya tidak baik ini jadi cemaran nah cemaran ini yang mengandung senyawa berbahaya seperti Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG),” kata Budi.
Sejauh ini, dugaan terbesar penyakit gangguan ginjal akut pada ratusan anak di Indonesia adalah konsumsi obat sediaan sirup.
“Jauh lebih pasti dibandingkan sebelumnya, karena memang terbukti ini ada di anak anak. Didarah anak terbutki mengandung senyawa ini,” kata dia.
“Kita sudah ambil biopsi rusaknya ginjal konsisten dengan akibat senyawa ini,” imbuhnya.
Berdasarkan data per 21 Oktober 2022 kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal di Indonesia sebanyak 241.
Kasus tersebut tersebar di 22 provinsi dengan 133 kematian atau 55 persen dari kasus yang ada.
“Ini terjadi peningkatan mulai bulan Agustus. Jadi meninggal karena gangguan ginjal ini normal selalu terjadi cuma jumlahnya kecil sebulan satu dua nggak pernah tinggi,” kata Menkes.