JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Mata uang rupiah kembali ditutup melemah pada perdagangan pasar spot Senin, (17/10/2022) di level 15.487 per dolar Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, rupiah melemah 65 poin di level Rp 15.487 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.427.
“Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.450 hingga Rp 15.500,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya, Senin, (17/10/2022).
Seiring dengan pelemahan rupiah, dolar AS mengalami penguatan. Ibrahim mengatakan penguatan dolar AS saat ini lebih disebabkan oleh penguatan fundamental makro ekonomi AS. Misalnya, tingginya angka inflasi yang membuat bank sentral AS atau The Fed terus menaikkan suku bunga acuannya. Sehingga, likuiditas dunia meningkat.
“Selain itu juga karena ada pengaruh dari krisis energi dan gangguan rantai pasok akibat perang Russia-Ukraina,” kata Ibrahim.
Karena hal tersebut, menurut Ibrahim, repons yang lebih tepat untuk menghadapi tingginya dolar saat ini adalah dengan membiarkan nilai tukar rupiah mengalami penyesuaian. Akan tetapi, sambil menggunakan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi tetap dekat dengan yang ditargetkan.
Ibrahim juga mengatakan pemerintah mesti melakukan sejumlah hal dalam menghadapi tingginya nilai tukar dolar AS. Namun, kata dia, intervensi dengan memanfaatkan cadangan devisa perlu dicermati ulang. Dia menyebut beberapa negara menggunakan intervensi valuta asing (valas) untuk menstabilkan mata uangnya.
“Akibatnya, total cadangan devisa yang dimiliki mengalami penurunan lebih dari 6 persen dalam tujuh bulan pertama tahun ini,” ungkap Ibrahim.
Ibrahim menilai pemanfaataan cadangan devisa mestinya langkah sementara dan hanya untuk mengantisipai pergerakan mata uang yang secara substansial meningkatkan risiko stabilitas keuangan. “Atau secara signifikan menganggu kemampuan bank sentral untuk menjaga stabilitas harga,” kata Ibrahim.
“Pada umumnya, pengendalian inflasi hanya dilakukan secara makro oleh bank sentral. Namun, pengendalian inflasi di tanah air tidak hanya dilakukan secara makro, tapi juga mikro, sehingga dalam praktik secara riil langsung masuk ke sumbernya,” ujarnya.