JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Aktivis Papua Merdeka, Filep Karma dikabarkan meninggal di pantai Base G, Jayapura pada Selasa (1/11/2022).
Oleh penduduk setempat, jasadnya ditemukan dalam posisi mengenakan pakaian selam.
“Diduga Filep Karma, tetapi untuk memastikan masih menunggu konfirmasi keluarganya,” kata Kapolsek Jayapura Utara, Akp Yahya Rumra.
Para aktivis dan jurnalis di Papua membenarkan jenazah yang ditemukan di pantai itu adalah Filep Karma.
Belum ada kabar pasti dari rumah sakit mengenai penyebab kematian Filep Karma tersebut.
Kapolresta Jayapura, Victor Macbon mengatakan, jasad Filep Karma sudah dievakuasi ke RSUD Dok II Jayapura, dan anggota kepolisian berkoordinasi dengan keluarga agar jasad bisa diautopsi untuk memastikan penyebab kematiannya.
Dua Kali Dijebloskan Penjara
Mengutip Jubi.co, pria bernama lengkap Filep Jacob Samuel Karma ini lahir pada 15 Agustus 1959 di Biak, Papua.
Filep Karma lahir dari keluarga yang cukup terpandang. Ayahnya, Andreas Karma, merupakan mantan Bupati yang selama 20 tahun mengabdi di Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Yapen Waropen saat Orde Baru masih berkuasa.
Andreas Karma juga pernah memimpin ekspedisi jalan darat dari Wamena ke Jayapura selama tiga bulan pada 1968.
Filep mengenyam pendidikan di SD Kristus Raja Dok V, SMP Negeri I Dok V, dan SMA Negeri I Abepura.
Selanjutnya, ia meneruskan pendidikan dengan berkuliah di Universitas Sebelas Maret (UNS) jurusan Ilmu Politik pada 1979 dan lulus pada 1987.
Setelah lulus, ia sempat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di di Kantor Diklat Pemerintah Provinsi Papua. Pada 1997, dia melanjutkan pendidikan di Asian Institute of Management, Manila, Filipina.
Di Filipina, Filep Karma sangat terkesan karena di Filipina hak azasi manusia sangat dihormati pasca jatuhnya mantan Presiden Ferdinand Marcos.
Filep kembali ke Tanah Air pada 28 Mei 1998. Kepulangannya ke Indonesia bersamaan dengan gelombang reformasi yang menjatuhkan Presiden Soeharto dari kekuasaannya. Hal itu membuat tekadnya bulat untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua.
Mengutip buku ‘Seakan Kitorang Setengah Binatang’, pada 2 Juli 1998, di menara air Puskesmas Biak Kota, Filep Karma bersama sejumlah warga menaikan bendera Bintang Kejora yang melambangkan kemerdekaan Papua.
Mereka bertahan dan menjaga bendera itu selama empat hari, hingga akhirnya terjadi peristiwa Biak Berdarah pada 6 Juli 1998.
Delapan orang meninggal dunia dalam peristiwa itu. Merujuk pada catatan KontraS, terdapat 32 mayat misterius yang ditemukan di pantai pulau Biak saat itu. Filep Karma sendiri ketika itu terkena tembakan peluru karet di kaki.
Ia ditangkap atas tuduhan penghasutan dan mesti mendekam di penjara sebelum akhirnya dinyatakan bebas pada 20 November 1999.
Pada 1 Desember 2004, Filep Karma terlibat dalam upacara pengibaran bendera Bintang Kejora di Abepura, Jayapura. Peristiwa itu memicu kerusuhan ketika polisi berusaha membubarkan massa.
Filep Karma kembali ditangkap dan didakwa melakukan makar dan penghasutan, ia pun kembali dipenjara. Fijep Karma bebas pada 19 November 2015 setelah mendapat remisi.
Pada Desember 2021 lalu, Filep Karma diketahui pernah dinyatakan hilang saat diterjang gelombang laut Teluk Humboldt di Pantai Base G, Kota Jayapura. Ia kemudian ditemukan selamat oleh warga di Kampung Skouw Sae pada 13 Desember 2021.