BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Menjadi tukang ojek online (ojol) ternyata tak menyurutkan minat Supriyono (52) sebagai pencipta lagu.
Tak tanggung- tanggung, lelaki paruh baya yang tinggal di Kebonbimo, Boyolali Kota ini telah menciptakan 200 lagu lebih bergenre dangdut keroncong.
Beberapa lagunya dinyanyikan oleh penyanyi terkenal asal Jawa Timur seperti Happy Asmara dan Via Vallen.
Lagu- lagu itu diciptakan warga yang kini tinggal di Kebonbimo, Boyolali Kota di sela istirahat saat ngojek. Lirik lagunya berbahasa Jawa bercampur Indonesia.
Ikon-ikon Boyolali juga dia masukkan dalam materi lagunya. Seperti Susu Tumpah, Patung Sapi Dadi Saksi dan Cinta Materialistis.
“Susu tumpah kidul pasar Boyolali, wani sumpah tresnaku tekan saiki,” dendangnya menarik minat sesama ojol untuk berjoget pada Selasa (1/11/2022).
Diungkapkan, kepiawaiannya mencipta lagu karena terjepit masalah besar.
“Itu pas saya lepas dari pabrik pada 2002. Saya tertipu habis-habisan. Semua perabot dan perhiasan terjual. Saya sampai tak berani pulang karena dikejar-kejar debt collector,” kata pemilik nama panggung Unang Gangsar itu.
Dia mencoba mengasingkan diri ke jembatan di Prambanan, Klaten. Dipikirannya saat itu hanya berzikir dan mendekatkan diri pada Tuhan.
Setiap hari, dia bisa berzikir hingga 12 ribu kali. Tepat pada hari ke-sebelas, dia mulai menciptakan lagu pertamanya berjudul, Gara-gara hutang.
“Liriknya, mengandung permohonan maaf pada istri bahwa saya belum bisa pulang karena terlilit hutang.”
Siapa sangka, ternyata lagu yang direkam di Ngawi tersebut sempat ngetop di radio-radio lokal pada 2005 silam.
Uang royalty yang diterima mampu menutup hutang-hutangnya. Sejak saat itu, dia mulai menulis lagu-lagu dangdut keroncong untuk dijual ke musisi-musisi lokal Jatim.
Namun, cobaan kembali datang. Istrinya didiagnosa sakit kanker dan dirawat di RS dr Moewardi, Solo. Sang istri pun bertahun-tahun perawatan.
Nahas, saat itu dia juga mengalami kecelakaan di Jalan Sragen-Ngawi yang membuat kaki kanannya cacat, tak bisa ditekuk lagi.
Saat istrinya meninggal, dia memboyong anak-anaknya menetap di Kebonbimo, Boyolali Kota.
Sadar dirinya tak bisa mengandalkan jualan lagu, dia pun nekat jadi tukang ojol. Tapi, dunia seni tak pernah ditinggalkan sepenuhnya.
Makanya, dia sering membawa alat musik ‘cuk’ ke mana-mana.
Saat tak ada orderan, dia memilih duduk mengamati sekitar mencari inspirasi untuk lagunya. Seperti salah satu lagunya, Susu Tumpah. Idenya didapat saat berteduh di ruko pertokoan barat Monumen Susu Murni atau yang biasa disebut tugu susu tumpah, Boyolali Kota.
Ditanya terkait nama Unang Gangsar, itu menjadi julukan dirinya sejak lama. Awalnya, dia dipanggil Anang, alias lanang. Namun, dipelesetkan menjadi Unang yang terdengar seperti nama Sunda. Sedangkan Gangsar diambil dari Bahasa Jawa yang berarti dimudahkan.
Kini, dia masih aktif membuat lagu. Sesekali, dia dolan ke Ngawi. Melakukan rekaman musik dan mengunggahnya di kanal youtube-nya.
Lagu-lagunya juga dinyanyikan artis lokal dan nasional. Seperti artis lokal asal Ponorogo, Blitar, dan lainnya.
“Ada dua lagu yang dinyanyikan Happy Asmara, judulnya Kebacut Lara dan Sayang yang terakhir. Yang dinyanyikan Via Vallen, judulnya, Inginkan hatiku.” Waskita