BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Para guru dan orang tua siswa TK Pertiwi Guwokajen, Sawit berharap agar sekolah segera dipindahkan.
Pasalnya, kegiatan pembelajaran terganggu proyek tol Solo- Yogya. Mereka terganggu dengan suara bising, getaran tanah bahkan debu setiap hari.
Ya, bangunan TK tersebut memang ikut terkena proyek tol Solo- Yogya. Bahkan, disamping sebelah utaranya telah dibangun pondasi beton jalan tol yang menutup akses jalan utama menuju TK maupun gedung balai kesehatan masyarakat (BKM).
TK yang memiliki 22 siswa ini hanya mengandalkan jalan cor beton kecil sebagai jalan keluar masuk.
Sedangkan di belakang TK, mesin penguruk jalan terus beroperasi. Belum lagi ratusan truk pengangkut tanah hilir mudk setiap hari. Selain suara bising, getaran tanah yang dipadatkan terasa ruangan TK.
Akibatnya, proses pembelajaran tidak terasa nyaman.
“Ya guru dan siswa harus berdampingan dengan perasaan was-was setiap hari,” ujar Kepala TK Pertiwi Guwokajen, Sri Yani.
Ditemui di ruang kerjanya pada Selasa (8/11/2022), dia menjelaskan, imbas pembangunan jalan tol ini memberikan dampak besar pada sekolah.
Saat penerimaan peserta didik baru (PPDB) beberapa waktu lalu, dia kesulitan melakukan promosi sekolah.
Lantaran kondisi TK sudah tak terlihat dari jalan raya, bahkan, sudah terkepung proyek tol.
“Pas pembelajaran juga tegang dan terganggu. Seminggu terakhir ini senantiasa merasakan getaran karena ada mesin yang memadatkan tanah. Belum lagi bising suara dan debun memicu batuk dan pilek.”
Lalu di belakang sekolah ada selokan, yang ikut dikeruk alat berat.
“Nyamuk pun beterbangan ke mana- mana. Disini juga banyak nyamuk. Kami sampai bilang ke orangtua agar mengoleskan lotion anti nyamuk ke anak-anak sebelum berangkat sekolah.”
Pihaknya berupaya membuat 22 siswanya nyaman mengikuti pembelajaran. Apalagi gelombang protes dari wali murid terus berdatangan.
Wali murid terus mendesak agar bangunan TK segera dipindahkan. Mereka was- was dengan keberadaan anaknya di sekolah.
Terkait pemindahan sekolah, pihaknya pernah diajak oleh desa untuk mencari gedung pengganti sementara pada bulan lalu.
Sayangnya, rumah-rumah kosong yang disurvei belum memenuhi spesifikasi. Hanya saja, pihaknya sebenarnya lebih memilih agar segera dibangunkan gedung baru.
“Biar tidak repot pindahan karena inventaris sekolah cukup banyak.” Waskita