Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Santri Pelaku Kekerasan di Ponpes Ta’mirul Islam Akhirnya Dikeluarkan dari Pondok. Buntut Tewasnya Santri Asal Ngawi

Pondok Pesantren Ta'mirul Islam di Krikilan, Masaran, Sragen. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pihak Pondok Pesantren Ta’mirul Islam akhirnya angkat bicara terkait insiden tewasnya salah satu santri, Daffa Washif Waluyo (15), Minggu (20/11/2022).

Melalui maklumat yang diterbitkan Selasa (22/11/2022), pimpinan Ponpes Ta’mirul Islam yang berpusat di Laweyan Surakarta, Muhammad Halim menyampaikan pernyataan yang berisikan 6 poin terkait insiden tewasnya santri asal Desa Katikan, Kedunggalar, Ngawi itu.

Selain permintaan maaf dan ungkapan belasungkawa ke keluarga, pihak Ponpes memastikan akan mengeluarkan santri senior yang diduga menjadi pelaku kekerasan yang mengakibatkan tewasnya Daffa.

Keputusan mengeluarkan santri pelaku kekerasan itu dilakukan sebagai komitmen pondok yang melarang segala bentuk kekerasan di lingkungan pondok.

“Sebagai wujud komitmen kami pelaku kekerasan akan kami keluarkan dan kami kembalikan ke orang tua,” papar pimpinan Ponpes Ta’mirul Islam, Muhammad Halim dalam maklumat tertulis yang diterima JOGLOSEMARNEWS.COM dari salah satu tokoh agama di Sragen, Rabu (23/11/2022).

Dalam maklumat itu, selanjutnya pihak Ponpes akan tetap bekerja sama dengan kepolisian dalam menyelesaikan masalah yang sudah dilaporkan orangtua santri ke kepolisian itu.

Melalui maklumat itu, pihak Ponpes juga bicara soal dugaan kekerasan oleh santri senior yang mengakibatkan santri asal Desa Katikan, Kedunggalar, Ngawi itu meregang nyawa.

Pihak ponpes mengakui bahwa ada dugaan kekerasan yang memberi andil menyebabkan Daffa meninggal dunia.

“Kami tegaskan sekali lagi di sini bahwa kami tidak memungkiri terkait adanya dugaan tindakan kekerasan yang berujung pada wafatnya santri kami Ananda Daffa Washif Waluyo,” ucapnya.

Jenazah santri asal Ngawi yang tewas di Ponpes Masaran Sragen saat disemayamkan di masjid Ponpes. Foto/Wardoyo

Namun, pihak Ponpes menyampaikan adapun kronologi kejadian, tindakan kekerasan dan sebagainya diserahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian.

Termasuk terkait motif di balik dugaan kekerasan yang berujung pada wafatnya santri itu juga sudah diserahkan ke polisi.

“Selanjutnya kami akan tetap bekerja sama dengan kepolisian dalam menyelesaikan masalah ini. Demikian maklumat yang dapat kami sampaikan Semoga bisa menjadikan maklum,” ucapnya.

Lebih lanjut, Halim menyampaikan permintaan maaf dan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga almarhum dan masyarakat.

Lantas poin lainnya yang dituangkan dalam maklumat berbunyi Ponpes berkomitmen kuat untuk menyelesaikan kasus ini sampai tuntas.

Pihaknya pun siap mengikuti setiap proses hukum yang ada bersama dengan keluarga almarhum dan aparat kepolisian.

“Sebagai bentuk komitmen itu, Alhamdulillah telah dilakukan pemeriksaan dan penyelidikan oleh Polres Sragen dan atas nama pimpinan Pondok Kami mengucapkan terima kasih kepada Kapolres berikut jajarannya,” tandasnya.

Sebelumnya, santri bernama Daffa Washif Waluyo (15) dilaporkan tewas setelah diduga dianiaya dan dihajar oleh kakak seniornya di Ponpes tersebut pada Minggu (20/11/2022) dinihari.

Korban adalah anak semata wayang pasangan DMW (43) dan J (38), asal Kedunggalar, Ngawi, Jatim.

Orangtua korban mengungkap sempat kaget mendapati ada luka lebam mencurigakan pada sekujur tubuh korban.

Mereka menduga ada yang tidak beres dan menengarai anaknya tewas karena dianiaya. Keluarga pun langsung melaporkan kejadian yang menimpa anaknya tersebut ke Polsek Masaran. Wardoyo

Exit mobile version