SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus kematian santri Ponpes Takmirul Islam Masaran Sragen Daffa Washif Waluyo (15), mencuatkan fakta baru.
Santri remaja asal Desa Katikan, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi, Jawa Timur itu diduga tewas usai dianiaya santri seniornya.
Pihak keluarga menyatakan tidak terima dan menuntut pelaku dihukum seberat-beratnya.
Apalagi korban diketahui tidak mempunyai riwayat sakit apapun. Bahkan sebelum kejadian, korban sempat dijenguk orangtuanya dan dalam keadaan sehat.
“Jadi satu hari sebelum kejadian, keluarga sempat menjenguk. Saat itu kondisi korban baik-baik saja, tidak mengeluh sakit,” ujar Nurhuda, paman korban kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (22/11/2022).
Nurhuda menuturkan usai diberitahu kematian korban oleh pihak pondok yang berlokasi di Desa Krikilan, Kecamatan Masaran, Sragen, keluarga langsung bergegas.
Sebelum menjemput jenazah, rombongan keluarga yang terdiri atas Nurhuda, Dwi Minto Waluyo (ayah korban) dan Kusmanto sempat mampir ke Mapolsek Masaran untuk melaporkan kematian korban yang tidak wajar.
Sampai di pondok dan melihat keponakannya sudah diselimuti kain kafan, keluarga berinisiatif membukanya. Saat itu terlihat ada bekas luka lebam di wajah dan tubuh bocah kelas IX MTs itu.
“Kata pihak pondok, korban sempat membuat pelanggaran tidak menjalankan piket,” jelas Nurhuda.
Nurhuda kemudian mengutip penjelasan dari pihak pondok. Bahwa kejadian bermula pada Sabtu (19/11/2022) malam sekitar pukul 23.00 WIB, korban dipanggil oleh seniornya, santri kelas 1 SMA.
Saat itu, korban disebut sempat mendapat hukuman karena tidak menjalankan piket.
Nurhuda mengakui pihak keluarga memiliki saksi yang melihat kejadian penganiayaan, yakni santri lain yang melihat. Bahkan saat korban sudah tergeletak, santri lain sempat berusaha menolong namun dicegah oleh santri senior.
“Bahan saat Jumat keluarga sempat menjenguk ke pondok dan saat itu anaknya sehat, ceria, tidak mengeluhkan apa-apa. Tiba-tiba selang satu hari dikabari meninggal dunia. Siapa yang tidak shock?” tambahnya.
Setelah mengalami kekerasan, korban terjatuh tak sadarkan diri. Kemudian dilarikan ke klinik di Masaran dan rumah sakit sebelum dinyatakan meninggal dunia.
“Setelah kami lapor polisi, jenazah kemudian divisum di RS Moewardi Solo,” tandasnya.
Pihak keluarga berharap kasus ini segera diusut agar ada titik terang penyebab meninggalnya sang keponakan. Menurutnya, kejanggalan itu harus diungkap.
“Kami berharap segera ada kejelasan, dan pelaku dihukum,” tandasnya. JSnews