Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Nataru Kian Dekat, Harga Bahan Pokok di Boyolali Naik Terus

Seorang pedagang menunjukkan beras, salah satu dari sejumlah Sembako yang mengalami kenaikan harga menjelang Natal dan tahun baru / Foto: Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM Seiring makin dekatnya perayaan Natal dan tahun baru (Nataru), harga bahan pokok naik terus. Seperti terpantau di Pasar Boyolali Kota, Selasa (20/12/2022).

Joko Purwanto, salah satu pedagang beras dan kebutuhan pangan mengungkapkan, kenaikan beras mulai terasa sejak akhir November lalu. Normalnya, harga beras berkisar Rp 9.000 – Rp 11.000/kg, kini naik jadi Rp 11.000 – Rp 13.000/kg.

“Bahkan, ada potensi harga naik terus. Pasalnya, penggilingan padi mulai sudah cari gabah,” ujarnya.

Tak hanya beras, harga sejumlah komoditas pangan pun ikutan naik. Seperti minyak goreng kemasan subsidi, satu karton isi 12 biji biasanya seharga Rp 150.000. Saat ini naik menjadi Rp 162.000/karton. Padahal, harga jual minyak perbiji kemasan 1 kilogram tetap Rp 14.000.

“Kalau migor curah itu malah lebih mahal. Keuntungan pedagang pun menurun.”

Heri Widiyanto, pedagang lainnya mengungkapkan kondisi senada. Disebutkan, kenaikan harga beras terjadi sejak dua minggu terakhir secara bertahap. Sekali naik, bisa mencapai Rp 2.000/ kemasan lima kilogram.
Selain beras dan migor, harga tomat juga ikutan naik.

“Tomat kualitas super Rp 22.000 /kg. Sedangkan ukuran kecil Rp 17.000/kg,” paparnya.

Kemudian, harga bawang merah naik bertahap menjadi Rp 38.000 dari harga sebelumnya Rp 35.000/kg. Bawang putih stabil diharga Rp 26.000/kg. Harga migor subsidi berkisar Rp 14.000 – Rp 17.000/liter. Gula pasir stabil diangka Rp 14.000/kg. Sedangkan harga cabai cenderung fluktuatif, berkisar Rp 45.000/ kg untuk jenis rawit dan Rp 40.000 untuk cabai keriting dan teropong merah.

“Harga garam batangan juga naik, dari Rp 3.500 jadi Rp 4.000. Garam grasak juga naik.”

Ditemui terpisah, Ketua DPD Perkumpulan Pengusaha Beras dan Penggilingan Padi Indonesia (Perpadi) Jateng, Tulus Budiyono mengatakan, kenaikan harga beras selain karena Nataru juga dipicu ketersediaan beras. Termasuk Bulog juga mematok harga beras tinggi.

Sehingga distributor maupun pedagang juga ikut menaikan harga. Disisi lain, panen padi juga menipis, bahkan di beberapa daerah masa panen sudah selesai.

“Praktis tidak ada gabah. Wilayah Jabar malah tidak ada panenan, Jateng sudah menipis, Jatim juga menipis. Apalagi mendekati hari besar nasional akhir tahun ini.”

Menurut Tulus, hasil panen di Solo Raya sebenarnya sudah mencukupi. Namun, beras selalu berputar atau dinamis. Tiap ada panen, pasti akan langsung diserbu pengusaha penggilingan beras. Saat ini, harga gabah kering panen naik Rp 5.900/kg.

Sedangkan gabah hasil panenan dari mesin combi pertanian mencapai Rp 6.100/kg. Kenaikan harga gabah dan beras ini secara bertahap sejak November. Dicontohkan, harga beras putih premium pada November lalu  masih Rp 9.800/kg.

“Namun terus naik menjadi Rp 10.000 – Rp 10.500/kg.”

Namun, harga tinggi tersebut diperkirakan tidak akan berlangsung lama. Lantaran pemerintah telah mengimpor beras dari luar negeri. Ada sekitar 200 ribu ton beras yang masuk. Maka pedagang tidak akan berani menaikan dan otomatis harga mulai turun. Waskita

Exit mobile version