Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Anak Desa dari Sragen Raih Penghargaan 20 Insinyur Muda Terbaik di Dunia. Kades: Anak Orang Nggak Punya

Fajar Sidik Abdullah Kelana bersama sang ibu. Foto/Istimewa

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kabupaten Sragen kembali dibuat bangga dengan putra daerahnya. Ya, Fajar Sidik Abdullah Kelana, pemuda kelahiran Sumberlawang yang pernah viral hingga jadi sorotan dunia berkat temuan start up fenomenal di bidang teknologi perikanan “banoo”, kembali mengharumkan Sragen dan Indonesia.

Ya, Fajar kembali mengangkat nama Indonesia dengan sukses dinobatkan menjadi 20 insinyur dan inovator muda terbaik dunia di ajang penghargaan internasional James Dyson Award.

Salah satu alumnus terbaik Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja dan KTH Royal Institute of Technology Swedia itu menjadi satu-satunya peraih penghargaan asal Indonesia di ajang bergengsi internasional tersebut.

Inovasi banoo yang dirintis Fajar
sukses melambung dan dikenal di kancah dunia.

Ternyata inovasi itu menjadi salah satu temuan penting di dunia. Hingga membawa Fajar dinobatkan masuk 20 insinyur dan inovator muda terbaik dunia.

Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , pemuda kelahiran Dukuh Ploso, RT 2, Desa Jati, Kecamatan Sumberlawang itu mengaku sama sekali tak menyangka bisa dipilih dan dianugerahi menjadi 20 insinyur dan inovator muda terbaik dunia di James Dyson Award tersebut.

Baginya itu sebuah kehormatan dan kebanggaan karena menjadi pemuda Indonesia pertama yang berhasil meraihnya di ajang internasional tersebut.

Ia juga menjelaskan sumber motivasi dan semangatnya dalam mengembangkan teknologi Banoo adalah karena ia merupakan anak dari keluarga petani miskin di Sragen, Jawa Tengah.

Dari latar belakang keluarganya itu lah ia memiliki semangat untuk menciptakan inovasi dan teknologi yang bermanfaat untuk rakyat kecil.

“Untuk insinyur dan inovator dunia pasti sudah tahu James Dyson Award yang diprakarsai oleh James Dyson. James Dyson merupakan salah satu insinyur dan inovator yang sangat terkenal dari Inggris yang berhasil menciptakan berbagai inovasi dan teknologi yang mengantarkannya menjadi salah satu insinyur dan inovator paling sukses di Britania Raya dan seluruh dunia,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Kamis (5/1/2023).

Anak Buruh Tani

Fajar menyebut penghargaan itu juga menjadi motivasi sekaligus pembuktikan semangat besarnya untuk maju meski lahir dari keluarga tidak mampu.

Seperti diketahui, Fajar lahir dari keluarga dengan latar belakang petani miskin di Desa Jati, Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah.

Saat kecil ia tinggal bersama ibunya. Meski sang ibu hanya buruh tani miskin, tak membuat semangatnya surut untuk belajar giat demi merubah nasib.

Berkat kecerdasannya, Fajar bisa lolos ke Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogya melalui jalur tulis.

Beasiswa di Swedia

Sempat tak bisa melanjutkan S1 karena ketiadaan biaya, namun ia kemudian bisa lulus dan bahkan mendapat beasiswa kuliah ke Swedia sampai lulus dan bekerja di sana.

Teknologi banoo diaplikasikan di perikanan. Foto/Wardoyo

Fajar sukses mengembangkan inovasi teknologi perikanan bernama Banoo ke kancah dunia.

Banoo merupakan alat microbubble generator untuk budidaya ikan yang bisa menghasilkan gelembung udara berukuran 40 mikron di dalam air.

Alat ini mampu meningkatkan dissolved oxygen atau oksigen terlarut di dalam air hingga 10 ppm.

“Peningkatan oksigen terlarut hingga 10 ppm dengan menggunakan teknologi Banoo sudah terbukti secara ilmiah mampu meningkatkan pertumbuhan ikan dan peningkatan hasil panen pembudidaya ikan di Indonesia 78% lebih banyak dari alat aerasi kolam yang ada di pasaran. Jadi, pendapatan, taraf hidup dan kesejahteraan pembudidaya ikan di Indonesia juga bisa naik,” ujar Fajar kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Rabu, (04/01/2023).

Inovasi Teknologi Banoo

Fajar menjelaskan teknologi Banoo juga terintegrasi dengan IoT water quality sensor.

Sehingga alat Banoo beroperasi secara otomatis tergantung dengan kualitas air yang ada di kolam atau tambak.

Ia menguraikan Teknologi Banoo bekerja dengan sistem otomasi yang berdasarkan pada data kualitas air secara real-time.

Ketika oksigen terlarut di dalam air rendah dan terbaca oleh IoT water quality sensor, maka sensor akan menyalakan alat untuk memproduksi gelembung oksigen berukuran mikron.

“Dan sebaliknya, ketika oksigen di dalam air sudah cukup tinggi, sensor akan memberikan sinyal ke alat untuk berhenti beroperasi. Fitur dan sistem ini bertujuan untuk menghemat konsumsi energi listrik.” paparnya.

Fajar menjelaskan teknologi Banoo juga sedang dikembangkan lebih lanjut untuk terkoneksi dengan smartphone melalui aplikasi.

Dengan begitu pembudidaya ikan dan petambak di seluruh dunia, terutama di Indonesia, dapat mengetahui kondisi kualitas air di kolam di lokasi mana pun.

Selain itu, di tengah isu potensi krisis energi dan permasalahan lingkungan di seluruh dunia, teknologi Banoo ke depannya juga akan dikembangkan untuk menggunakan energi listrik dari panel surya sebagai sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan.

Jika ingin mengetahui teknologi Banoo lebih lanjut bisa mengunjungi laman Banoo di www.banoo.id atau akun Instagram Banoo di @banoo.id.

Kades Jati, Muji Slamet membenarkan Fajar adalah putra asli kelahiran Desa Jati, Sumberlawang. Pemuda itu memang lahir dari keluarga tidak mampu dengan sang ibu hanya berprofesi buruh tani.

“Dia memang anak orang enggak mampu. Tapi punya semangat pantang menyerah. Kami ikut bangga,” ujarnya. Wardoyo

Exit mobile version