PACITAN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Siapa tak kenal dengan nama Pantai Srau? Cukup dengan klik di google kata kunci “pantai Srau”, dalam hitungan detik akan muncul segala informasi, foto dan map tentang pantai Srau.
Ya, pantai Srau selama ini menjadi destinasi andalan bagi Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Satu keuntungan bagi Pacitan, di antara 38 kabupaten lainnya di Jawa Timur, karena terletak di sisi selatan, berbatasan dengan Samudera Hindia.
Dengan posisi itu, Pacitan memiliki potensi wisata alam, khususnya pantai yang sangat memukau, salah satunya Pantai Srau.
Deburan ombak di antara batu karang dan embusan angin laut seakan selalu bisa memanjakan mata siapapun yang memandangnya.
Selain itu, pemandangan pasir putihnya yang berkilau bagaikan permata putih dan air laut yang jernih menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Uniknya lagi, selain dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi, area Pantai Srau ini juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan berkemah (camping).
Di luar itu, masih banyak pantai-pantai yang cantik dengan ciri khasnya masing-masing menjadi salah satu keunggulan dari kota kecil ini.
Oleh keindahan alamnya yang memukau, Pantai Srau banyak dikunjungi wisatawan baik manca maupun domestik setiap harinya. Jumlah kunjungan biasanya akan meningkat di akhir pekan atau masa liburan.
Hanya saja, belakangan ini, terutama sejak serangkaian gempa bumi terjadi di Pacitan maupun daerah-daerah lain, jumah kunjungan wisatawan ke Pantai Srau berkurang.
Bersamaan dengan perubahan cuaca ekstrem, destinasi wisata pantai yang terletak di Desa Candi, Kecamatan Pringkuku, Pacitan ini mengalami penurunan jumlah pengunjung.
Penurunan jumlah pengunjung ke Pantai Srau tersebut, dirasakan benar oleh para pedagang yang menggantungkan rezekinya dari para wisatawan.
Bahkan, sebagian pedagang ada yang memilih untuk menutup warung atau tokonya lantaran sepi pembeli.
“Mboten kados tahun riyin. Yen tahun riyin, full. Tahun niki boten enten setengahe tahun riyin (tidak seperti tahun lalu. Kalau tahun lalu, penuh. Tahun ini tidak ada setengahnya tahun lalu-red),” ujar Marsi (46), salah satu pedagang yang berjualan di area Pantai Srau kepada Joglosemarnews, Senin (9/1/2023).
Marsi mengaku bahwa penghasilannya selama satu hari tidak lebih dari Rp 50.000 saja di hari-hari biasa. Bahkan terkadang tidak mendapatkan penghasilan sama sekali akibat tidak adanya pengunjung.
“Dinten-dinten biyasa nggih paling kathah niku Rp 50.000 soale nggih mboten enten pengunjung. Kadang nggih blas mboten angsal (Hari-hari biasa ya paling banyak Rp 50.000 karna sepi pengunjung. Kadang malam sama sekali tidak dapat apa-apa-red),” ujar Marsi.
Marsi juga mengungkapkan bahwa sampai saat ini dirinya tetap membuka warungnya meskipun tidak ada pengunjung lantaran tak ada lagi sumber penghasilan, selain berjualan.
Apalagi, suaminya yang berprofesi sebagai nelayan tidak bisa melaut karena tingginya gelombang pantai dan masih tingginya kecepatan angin hingga saat ini.
“Enten mboten enten kula tetep bukak, tutupe niku namung enten acara teng pundi ngoten (Ada tidak ada-pengunjuing, tetap buka. Tutupnya kalau saya pas ada acara ke mana, begitu-red),” tambahnya. Wahyu Fajar Lestari