Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Hore! Menteri Sandiaga Usul Hari Kejepit Jadi Hari Libur Nasional. Ini Alasannya

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) periode 2020-2024, Sandiaga Uno berpose usai serah terima jabatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu, 23 Desember 2020. Sandiaga menggantikan Wishnutama Kusubandio sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif periode 2020-2024 / tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Kebanyakan orang bisa jadi sangat gembira dan mendukung usulan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno ini.

Ia mengusulkan,  hari kejepit nasional – atau yang sering diakronimkan menjadi Harpitnas – agar diresmikan sebagai hari libur.

Ternyata, usulan itu mendapat dukungan dari Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira.

Bhima mengaku mendukung usulan tersebut, karena menurutnya, ada persepsi yang salah bahwa semakin banyak libur, produktivitas terganggu.

“Itu tidak, justru yang terjadi, banyak studi juga menunjukan jam kerja yang lebih efektif waktu libur yang lebih lama itu justru akan meningkatkan produktivitas dari ekonomi suatu negara,” ujar dia di Seribu Rasa Gunawarman, Jakarta Selatan, Kamis (19/1/2023).

Dengan harpitnas, kemudian semakin banyak liburnya itu efeknya akan mendorong dari sisi belanja pariwisata. Ditambah lagi momentumnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM dicabut. “Hal itu bisa membuat belanja pariwisata naik, hotel dan lainnya akan naik, efeknya jadi positif,” tutur dia.

Bhima juga mengatakan tentu jika usulan itu dilakukan bisa meningkatkan jumlah wisawatan domestik. Dia pun meminta agar usulan tersebut segera direalisasikan. Karena, menurut Bhima, kebijakan itu hanya butuh surat keputusan bersama (SKB) beberapa kementerian.

Karena dampaknya, Bhima menuturkan, bisa membuat pergerakan wisatwan jauh lebih tinggi. Bahkan bisa kembali seperti sebelum pandemi.

“Harusnya segera direalisaskan saja enggak perlu sampai keputusan presiden,” ucap Bhima.

Sebelumnya, Sandiaga mengatakan usulannya itu merupakan salah satu upaya untuk mencapai target perjalanan wisatawan nusantara sebesar 1,4 miliar pergerakan pada 2023.

Bahkan usulannya sudah disampaikan ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

“Sudah kami ajukan juga di Kemenpan-RB, memang ada di Bu Nia Deputi Bidang Kebijakan Strategis bolanya ini, bagaimana kita tahun ini dimulai mungkin dengan beberapa dulu, jangan semua hari libur,” ujar dia, Senin (16/1/2023).

Dalam penerapan hari kejepit jadi hari libur itu, Sandiaga mencontohkan hari libur yang jatuh hari Sabtu bakal dikedepankan hari Jumat atau dimundurkan di hari Senin apabila jatuh di hari Minggu. Sementara pada perayaan agama bisa di hari itu sendiri.

“Ini dampaknya bisa semakin dilihat dari lebih lama waktu untuk melakukan pergerakan wisatawan,” tutur Sandiaga.

Namun Sandiaga meyakini hari kejepit bisa menjadi tambahan libur panjang yang menyumbang pergerakan wisatawan, seperti pada masa Lebaran, Natal dan Tahun Baru serta libur sekolah “Sekarang masih digodok saya usul ada satu-dua (hal) untuk digodok sehingga ada tambahan liburan panjang yang selama ini menjadi penyumbang pergerakan wisatawan Nusantara,” ucap dia.

Di sisi lain, menurut Sandiaga, hari kejepit bisa meningkatkan produktivitas dan membuat pikiran menjadi lebih fresh untuk masyarakat sebelum memulai bekerja kembali. “Dan telah terbukti melalui studi bahwa setelah long weekend itu kembali fresh dan produktivitasnya lebih tinggi, dan itu sudah ada acuan dari keilmuannya,” kata dia.

Sementara bagi industri, apabila merasa ada beban karena bertambahnya hari libur dari hari kejepit, Sandiaga menyebut dapat disesuaikan sesuai kondisi. “Kami terbuka kalau memang ada beban tambahan itu juga harus ada bagaimana kita berikan insentif untuk industri agar tidak terbebani,” kata Sandiaga.

 

Exit mobile version