SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus gantung diri yang dilakukan remaja di Desa Jenalas, Kecamatan Gemolong, Sragen, dua hari lalu menyisakan cerita tragis.
Berapa tidak, remaja lulusan SMK bernama Riyanto (19) asal Dukuh Pendem RT 9/2, Desa Jenalas Gemolong, Sragen itu nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.
Pemicunya, mimpi besarnya untuk bekerja di Korea pupus. Ketiadaan biaya untuk ikut kursus pelatihan Bahasa Korea diduga menjadi pemicunya.
“Dari keterangan bapak kandung korban, bahwa beberapa minggu yang lalu korban pernah berkeluh kesah berhubungan dengan biaya kursus kepelatihan bekerja ke Korea yang dirasa mahal,” papar Kapolsek Gemolong, AKP Fajar Nur Ihsanudin kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Sabtu (21/1/2023).
Data yang dihimpun di lapangan, insiden tragis itu terjadi pada Rabu (12/2/2023) siang pukul 13.30 WIB.
Jenazah remaja malang itu kali pertama diketahui bapaknya sendiri, Risti Mundarto (45). Korban menggantung di dapur rumahnya dengan tali senar plastik (dadung) warna biru diameter 0,5 cm sepanjang 185 cm.
Kejadian bermula ketika pada hari kejadian pukul 06.00 WIB, Risti melihat putranya masih tidur di kamar ruang tengah.
Karena tak ada masalah apa-apa, ia lalu pergi berangkat bekerja ke penggilingan padi di Genengduwur, Gemolong, tempatnya bekerja.
Selanjutnya sekira pukul 13.30 WIB, sepulang kerja, bapak muda itu bingung mendapati rumah dalam keadaan sepi.
Kemudian ia mencari anaknya dengan menuju ke dapur yang berada di rumah belakang.
Nekat Gantung Diri
Saat masuk ke dalam dapur, ia langsung kaget melihat putranya sudah dalam keadaan tak bernyawa dalam posisi tergantung menggunakan tali senar plastik di kuda-kuda tengah dapur.
Mendapati hal tersebut, orangtua korban sontak berteriak meminta tolong kepada warga sekitar dan menghubungi perangkat desa.
Saat dicek sudah meninggal dunia, mereka kemudian melapor ke Polsek setempat.
Kapolres Sragen AKBP Piter Yanottama melalui Kapolsek Gemolong, AKP Fajar Nur Ihsanudin membenarkan kejadian itu.
Dari hasil pemeriksaan tim Inafis Polres Sragen dan Puskesmas Gemolong, tidak ditemukan tanda kekerasan atau penganiayaan di tubuh korban.
Karena keluarga sudah menerima sebagai musibah dan menolak diotopsi, jenazah korban kemudian diserahkan ke keluarga untuk dimakamkan. Wardoyo