Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Legendaris, Nikmatnya Sayur Lombok Mangut Mbak Sum Wonogiri, Asli Pakai Iwak Pe Alias Ikan Pari Asap

Sayur lombok mangut

Sayur lombok mangut mbak Sum Wonogiri. Joglosemarnews.com/Aris Arianto

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Anda penggemar kuliner, wajib hukumnya menjajal Sayur Lombok Mangut Mbak Sum saat berada di Wonogiri.

Pasalnya, dagingnya asli ikan pari asap atau iwak pe (ikan Pepe/dijemur dan diasap).

Selain itu harganya sangat merakyat. Disajikan dalam baluran sayur lombok khas Wonogiri dengan campuran tahu dan cabai serta guyuran kuah santan.

Warung makan spesial Sayur Lombok Mangut Mbak Sum, demikian orang sering menyebut sebuah warung makan yang berada di dalam komplek Kantor Kementerian Agama Wonogiri. Sementara di dalam plakat warung tertempel tulisan Kantin Istiqomah Mbak Sum ULD (Unit Lapar Darurat).

Menu spesial yang ada di dalam warung kepunyaan Mbak Sumiyati ini yakni Sayur Lombok Mangut. Namun ada juga menu lainnya seperti soto, nasi goreng spesial, hingga aneka masakan Jawa.

Kebanyakan pembeli memilih menu Sayur Lombok Mangut. Mbak Sum menyebutkan, setiap hari menyediakan menu Sayur Lombok Mangut.

“Saya jualan Sayur Lombok Mangut sudah sekitar 21 tahun,” beber Mbak Sum kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Kamis (19/1/2023).

Dia bisa bertahan dengan usahanya selama puluhan tahun itu lantaran memang banyak yang menyukai menu Sayur Lombok Mangut.
Selain rasanya yang nikmat, harga Sayur Lombok Mangut sangat merakyat.

“Satu potong harganya Rp6 ribu,” jelas Mbak Sum.

Bahan baku utama Sayur Lombok Mangut menurut perempuan kelahiran 1972 ini adalah daging ikan pari asap atau iwak pe. Aroma khas daging asap dipadukan sayur lombok dijamin membuat pembeli ketagihan.

“Ini jam 9 pagi tinggal dua potong daging di Sayur Lombok Mangut,” tandas dia.

Salah satu pelanggan, Marsudi mengaku sering membeli Sayur Lombok Mangut di warung Mbak Sum. Selain dimakan di tempat dia selalu memesan untuk dibungkus buat keluarga di rumah.

“Pedasnya pas, warungnya termasuk legendaris ini, sudah puluhan tahun berdiri,” ujar Marsudi.

Lebih lanjut Mbak Sum menceritakan, jatuh dan bangun sudah berulangkali dirinya alami. Mulai dari saat menikah, hingga membuka usaha berdagang makanan.

“Setelah menikah di tahun 1983, saya dan almarhum suami berjualan makanan di Pasar Kota Wonogiri. Modalnya dari pinjaman dan tabungan saat bekerja menjadi buruh swasta dulunya,“ ujar Mbak Sum.

Pasang surut dalam usaha, dia alami. Puncaknya saat memasuki Juni 2002, pasar tradisional terbesar se-Wonogiri itu, habis dalam sebuah peristiwa kebakaran. Aset yang dimilikinya ikutan terbakar. Terpaksa, dirinya dan suami harus memulai usaha dari nol lagi.

“Saya kemudian memutuskan untuk berjualan makanan di dekat Rumah Dinas Wakil Bupati Wonogiri. Tapi karena ada peraturan larangan berjualan di daerah itu, akhirnya saya pindah lagi pada tahun 2007 di samping Gedung DPRD Wonogiri dan pindah lagi ke dalam komplek Kementerian Agama Wonogiri sampai sekarang,” ujar warga Lingkungan Salak RT 2 RW 3 Kelurahan Giripurwo Wonogiri ini.

Di lokasi yang baru, kembali Sumiyati mesti berangkat dari nol. Namun berkat tekad keras dan ketekunan dalam bekerja, usaha kuliner tersebut banyak menarik pengunjung. Aris Arianto

Exit mobile version