Pemutakhiran data bagi Adi sangat penting. Ia ingin website HIPMI Solo menjadi lumbung informasi tentang profil seluruh anggota, termasuk bisnis yang dijalani. Menurut dia, kategorisasi industri diperlukan untuk membagi fokus yang kaitannya dengan langkah kolaborasi ke depan. Diharapkan upaya ini bisa mengembangkan usaha secara signifikan.
“Ada 16 industri yang kita kelompokkan. Setelah itu kita bisa mengemas dalam forum group discussion per industri tersebut. Dalam forum itu kita akan mengetahui apa yang kita butuhkan terkait operasional, kemudian kita akan bekerja sama dengan HIPMI atau kota lain sehingga kita bisa melangkah bersama,” kata Adi.
Adi menilai optimalisasi website merupakan perihal yang cukup menentukan bagi anggota HIPMI untuk meluaskan jaringan. “Kalau dalam anggota HIPMI saja kita tak kenal satu sama lain, tidak mengerti industri yang lain, bagaimana kita bisa memperkenalkan kepada masyarakat luar,” jelas direktur operasional Rosin Group itu.
Bangun UMKM
Respati Ardi di sisi lain merasa permasalahan UMKM saat ini adalah penumpukan pekerjaan. Menurutnya, penting untuk membuat dua klaster, yakni produksi dan penjualan, sehingga aktivitas perdagangan bisa berjalan maksimal. Dan ia meyakini Koperasi Multi Pihak jadi solusi atas persoalan tersebut.
Direktur PT Limaraya Sejahtera Energi itu sudah menyiapkan sejumlah program yang mengarah pada peningkatan kelas UMKM, seperti HIPMI Mentoring. Ia ingin merangkul pengusaha sebanyak mungkin untuk bisa maju bersama.
“Di program HIPMI Upscale, ada legalitas badan usaha gratis. Bila jadi ketua HIPMI ke depan, saya akan memberikan satu badan usaha gratis setiap bulan sekali untuk UMKM yang naik kelas,” tambah notaris PPAT itu.
Selain itu, Ardi telah mengantongi program HIPMI Afiliator untuk menggenjot pemasaran produk. “Produk teman-teman akan kita carikan talenta digital untuk menggunakan afiliator untuk berjualan,” ujarnya.
Ke depannya, bila menjadi nakhoda HIPMI, Ardi juga berniat untuk menggelar HIPMI Fest guna memperkenalkan produk lokal yang tentunya tak kalah bersaing dengan produk luar negeri.
“Nantinya saya ingin menarik HIPMI seluruh Indonesia, masing-masing kabupaten, bahkan provinsi untuk menampilkan produk dalam negeri,” tutur alumni UNS dan UGM itu.
Atasi Pengangguran
Sementara itu, bagi Astrid, melakukan pendampingan UMKM bukan sebuah hal baru. Ia mengaku sudah menjalaninya selama bertahun-tahun. Dari pengalaman itu, ia telah merumuskan program yang menurutnya bisa menjadi pemecah persoalan tentang UMKM.
“Dari segi UMKM itu tidak hanya inkubasi, training, tetapi juga kita bertanggung jawab pada hulu-hilirnya. Sampai ke penjualan, menyiapkan showcase, kolaborasi dengan pemerintah,” terang perempuan 36 tahun itu.
“Rencananya saya juga akan memanfaatkan lantai 2 pasar tradisional yang sudah direnovasi untuk dimanfaatkan sebagai tempat berjualan. Termasuk penyediaan sentra yang nantinya bisa menjadi ciri khas produk kota Solo,” sambungnya.
Terkait masalah pengangguran di Kota Solo, Astrid mengaku sudah menempuh solusi. Tentunya ia bakal menggandeng Dinas Tenaga Kerja setempat. Ia meyakini setiap wilayah berpotensi untuk menciptakan lapangan kerja baru, sehingga angka pengangguran bisa berkurang.
“Ada Kampung Berdaya Solo dimana kita melihat potensi ketenagakerjaan untuk pembukaan lapangan kerja baru berbasis potensi kewilayahan,” kata ketua yayasan UNSA itu.(Suhamdani)
- Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
- Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
- Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
- Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com