JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ajakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada masyarakat untuk membelajakan uangnya (spending money), bukannya semata-mata mengajak masyarakat untuk bersikap konsumtif.
Menurut peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Agus Herta Sumarto, ajakan itu sebenarnya lebih ditujukan pada masyarakat kelas menengah ke atas.
Pasalnya, menurut Agus, kelompok masyarakat menengah atas yang masih memiliki daya beli kuat dan tidak terlalu terdampak oleh kenaikan harga pangan dan energi.
Agus mengatakan daya beli masyarakat kelas menengah masih tergolong aman dan masih mampu mendorong pemulihan keuangan negara dengan konsumsi.
“Daya beli masyarakat dalam beberapa waktu terakhir ini memang mengalami penurunan, namun kelompok masyarakat menengah atas tidak begitu terdampak,” kata Agus saat ,” kata Agus saat dikonfirmasi Tempo, Sabtu (25/2/2023).
Menurutnya daya beli masyarakat belakangan terus mengalami penurunan, selain karena Covid-19, hal tersebut juga disebabkan karena inflasi yang terjadi sebagian besarnya disebabkan oleh kenaikan harga pangan dan energi.
“Kedua sektor itu selama ini menjadi kontributor paling besar dari pengeluaran kelompok tersebut,” kata Agus.
Namun, lanjut Agus, dalam jangka panjang pemulihan ekonomi pemerintah jangan terus tergantung dari sektor konsumsi.
“Pemerintah harus mulai melakukan perubahan struktural supaya sektor produktif bisa lebih dominan seperti investasi dan ekspor,” kata Agus.
Jokowi mendorong masyarakat untuk membelanjakan uangnya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pasca-PPKM ini.
“Saatnya ambil duit dari tabungan, mari spending money!” kata Jokowi dalam pengarahan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), di Balikpapan, Kalimantan Timur, yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Negara, Kamis (23/2/2023).