SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM —Kader Partai Golkar yang juga Bupati Batang, Wihaji dinilai sosok yang memiliki potensi memenangkan dalam kontestasi Pemilihan Gubernur Jawa Tengah pada Pemilu 2024.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dekan Fisip Unwahas Semarang, Dr Agus Riyanto, S.IP, M.Si. Menurutnya, saat ini sudah muncul lima tokoh dari kalangan ormas Nahdlatul Ulama (NU) yang berpotensi maju dalam Pilgub mendatang.
Mereka adalah Taj Yasin Maimoen (Wagub) atau Gus Yasin, KH Yusuf Chudlori atau Gus Yusuf (Ketua PKB Jateng), Wihaji (Bupati Batang), KH Muzzammil (Ketua Tanfidziyah NU Jateng), dan Prof Dr Budi Setyono (Pembantu Rektor Undip).
“Dari kelima tokoh tersebut, Wihaji lah yang paling potensial dalam Pilgub nanti. Pasalnya, Wihaji memenuhi tiga kriteria, yakni punya modal politik, modal sosial, dan modal capital,” kata Agus.
Dia punya modal politik karena mantan bupati Batang itu merupakan Ketua Harian DPD Partai Golkar Jateng. “Selain di Golkar, Wihaji juga dikenal tokoh muda NU yang kini memegang jabatan penting sebagai Wasekjen DPP GP Ansor.”
Popularitas Wihaji di Jateng yang tinggi, lanjut Agus menjadi modal sosial. Adapun dari modal kapital, Wihaji merupakan pengusaha yang andal.
“Wihaji boleh jadi bakal memiliki peluang yang bagus untuk dipilih. Pertama, selain tokoh muda, dia berpengalaman di birokrasi sebagai bupati. Selain itu, memiliki basis dukungan struktural NU karena menjabat Wasekjen GP Ansor. Dukungan partainya dari Golkar pun kuat karena memiliki kursi empat besar di DPRD Jateng,” ujar Agus.
Dikatakan Agus, untuk meraih suara di Jateng maka harus terjadi kolaborasi kalangan nasionalis dan Islam. Kolaborasi tokoh yang merepresentasikan kalangan nasionalis dengan Islam khususnya NU sebagai mayoritas di Jateng, masih berpeluang besar memenangkan kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jateng 2024. “Salah satu tokoh dari kalangan islam yang potensial maju ke Pilgub Jateng itu adalah Wihaji,” kata Agus.
Menurut Agus, Jateng masih jadi kandang banteng. Namun, untuk memenangkan Pilgub 2024, PDI Perjuangan harus bisa merangkul tokoh dari kalangan Islam, khususnya dari Nahdliyyin.
“Siapapun calon gubernur yang diusung PDIP, peluang untuk menang sangat terbuka. Karena, Jateng itu masih jadi basis kaum nasionalis. Bahkan, bisa dikatakan Jateng merupakan kandang banteng. Namun, untuk lebih memperbesar peluang memenangi Pilgub Jateng 2024, PDIP harus bisa merangkul tokoh dari kalangan Nahdliyyin untuk posisi cawagub,” terang Agus.
Ditambahkan Agus, tokoh lain selain Wihaji bukan berarti tidak bagus. Hanya saja, ada beberapa kendala yang membuat mereka kurang kuat dalam pencalonan di Pilgub Jateng. Meski saat ini Gus Yusuf memimpin partai, namun belum tentu mau dicalonkan karena terkendala komitmen pribadi dengan amanat orang tuanya.
Sedangkan untuk peluang Gus Yasin, lanjut Agus, sangat tergantung pada PPP. Apakah akan kembali dicalonkan atau tidak, meskipun Gus Yasin punya popularitas tinggi dan memiliki basis dukungan karena telah berkuasa selama lima tahun.
“Gus Yusuf dan Gus Yasin juga berpeluang besar dicalonkan, karena berasal dari NU sekaligus tokoh partai politik. Adapun dua nama lainnya, yakni Ketua Tanfidziyah PWNU Jateng KH Muzzamil dan Pembantu Rektor Undip Prof Budi Setyono, peluangnya agak sulit karena masih harus mencari dukungan partai politik,” terang Agus.
Agus Riyanto mengatakan, nama Walikota Solo yang juga putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, disebut-sebut berpeluang dicalonkan PDIP sebagai bakal calon gubernur dalam Pilgub Jateng 2024 mendatang.
Lantas siapa nama pendamping Gibran di kursi Jateng-2? Agus Riyanto menyebutkan, sedikitnya lima nama tokoh berbasis NU yang digadang-gadang bakal mengisi bakal calon wakil gubernur.
“Wihaji boleh jadi bakal jadi memiliki peluang yang bagus untuk dipilih. Pertama, selain tokoh muda, dia berpengalaman di birokrasi sebagai bupati. Selain itu, memiliki basis dukungan struktural NU karena menjabat Wasekjen GP Ansor. Dukungan partainya pun kuat karena memiliki kursi empat besar di DPRD Jateng,” tandasnya. (ASA)