Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Pengakuan Lengkap Warga PSHT Korban Tabrak Lari di Sragen. Nekat Sebar Hoaks Pembacokan Karena Tak Terima…

Korban tabrak lari asal Mojogedang, Karanganyar yang selamat, Topik Mulya Pradana (tengah menunduk) saat memberikan klarifikasi dan pengakuan serta permintaan maaf atas hoaks pembacokan yang sempat ia sebarkan ke grup PSHT di depan Ketua PSHT 16 Sragen Suwanto (2 dari kanan) dan Ketua PSHT P17 Sunanto (2 dari kiri) serta Kapolres Sragen, AKBP Piter Yanottama di Mapolres Sragen, Kamis (2/2/2023). Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Isu pengeroyokan dan pembacokan yang mengiringi kasus tabrak lari menewaskan pemuda warga PSHT, Kordiyanto (21) asal Dukuh Jengglong RT 01/02 Desa Bontar, Kecamatan Mojogedang, Karanganyar di Sragen, Kamis (2/2/2023) dinihari akhirnya terungkap.

Kabar dugaan pengeroyokan itu ternyata hanya rekayasa atau karangan belaka. Yang terjadi sebenarnya, korban memang tewas akibat kecelakaan tabrak lari oleh mobil Avanza tak dikenal.

Tidak hanya itu, ia juga terang-terangan mengaku nekat membuat rekayasa cerita dan menyebar hoaks Kordiyanto dibacok karena tak terima korban meninggal dunia.

“Saya ndak terima adik saya yang meninggal,” tuturnya.

Topik juga menyebut malam kejadian, saat ditabrak, motor yang dikendarainya bersama Kordiyanto sempat terseret beberapa meter dari titik awal digasak.

Fakta itu terungkap setelah korban selamat atau yang membonceng, Topik Mulya Pradana (21), membuat pengakuan dan permintaan maaf di Mapolres Sragen, Kamis (2/2/2023).

Ia membuat pengakuan permintaan maaf didampingi Ketua PSHT 16 Sragen, Sunanto, dari PSHT 17 Sragen Suwanto, dan Kapolres Sragen AKBP Piter Yanottama.

Dalam kesempatan itu, Topik akhirnya mengakui bahwa sengaja mengarang cerita bahwa seolah-olah dirinya dan almarhum Kordiyanto ditabrak lalu dikeroyok serta dibacok.

“Saya atas nama saya Topik Mulia Pradana alamat Jengglong, Buntar, warga ranting Mojogedang PSHT Pusat Madiun menyatakan bahwa tidak ada pengeroyokan atau pembacokan yang yang dilakukan dari oknum pihak manapun. Atas ini saya meminta maaf kepada saudara-saudara semua bahwasanya saya ada salah kata dan info yang tidak benar mohon dimaafkan sebesar-besarnya,” ujarnya.

Kronologi Sebenarnya

Topik kemudian menceritakan kronologis sesungguhnya. Malam itu ia membonceng Kordiyanto dengan Honda Scoopy.

Setelah menyebrang rel Teguhan, motor kemudian belok kiri. Sampai SMP depan SMA 2 PGRI Karangmalang (wilayah Teguhjajar), kemudian ditabrak mobil Avanza warna silver tak dikenal dari belakang.

Setelah itu, mobil meninggalkan lokasi. Ia juga mencabut pernyataan awalnya bahwa setelah ditabrak kemudian penumpang Avanza turun lalu mengeroyoknya dan Kordi.

“Jadi tidak benar kalau mobil itu berhenti lalu ada orang turun mengeroyok lali membacok. Jadi cerita sebenarnya habis nyebrang rel sampai SMP PGRI lalu ditabrak mobil Avanza silver dari mburi (belakang) lalu mobil langsung pergi,” ucapnya.

Topik juga menegaskan pengakuan itu disampaikannya tanpa ada tekanan dari pihak aparat atau pihak manapun.

Ia memastikan murni yang terjadi adalah kecelakaan tabrak lari dan tidak ada pengeroyokan maupun pembacokan.

“Posisi saya waktu itu di belakang (membonceng),” imbuhnya.

Visum Luka Jadi Petunjuk Awal

Kapolres Sragen, AKBP Piter Yanottama menegaskan bahwa kabar pengeroyokan atau pembacokan oleh orang yang keluar dari mobil Avanza penabrak itu adalah hoaks yang disampaikan korban luka, Taufik (Topik).

Kepastian rekayasa cerita itu terkuak dari hasil visum luar oleh dokter terhadap luka-luka yang dialami kedua korban tidak ada yang mengarah pada luka akibat benda tajam.

Hal itu diperkuat dari olah TKP dengan mengajak korban Taufik ke lokasi. Di mana banyak didapati ketidaksinkronan keterangan dengan kondisi di lapangan.

“Dari informasi visum tidak ada yang mengatak pada luka benda tajam itulah menjadi info penting sebagai bekal kami untuk ditindaklanjuti dengan investigasi lain. Setelah dilakukan pemeriksaan dengan bukti-bukti yang diperoleh akhirnya tadi Mas Taufik sudah minta maaf atas apa yang sudah dia sebarkan ke grup-grup sedulur PSHT semua bahwa itu tidak benar. Bahwa tidak ada penganiayaan, tidak ada pembacokan, tidak ada orang keluar dari mobil,” urai Kapolres.

Kapolres melanjutkan bahwa yang benar adalah mereka ditabrak mobil Avanza tak dikenal terus kabur.

Murni Tabrak Lari

Pada kesempatan itu, Kapolres juga menyampaikan ke masyarakat bahwa terkait beredarnya informasi penganiayaan pembacokan perguruan tertentu atau menyebut nama perguruan tertentu itu adalah tidak benar.

“Yang benar adalah tabrak lari, murni laka lantas. Oleh karena itu kami fokus mencari Avanza yg melakukan tabrak lari tersebut. Ini untuk menjawab info yang simpang siur di masyarakat. Kami mohon doanya agar bisa mengungkap kasus ini dengan lancar dan mengungkap pelakunya secara terang benderang,” tandasnya. Wardoyo

Exit mobile version