Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Cerita Miris Ledakan Depo Pertamina Plumpang: Tiga Kali Ledakan Habis Itu Gelap, Mencekam

Garis polisi terpasang saat proses pemadaman api akibat kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Jakarta, Jumat  (3/3/2023) / tempo.co  

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Setiap tragedi hampir selalu menyimpan sebuah kisah tragis dan memilukan. Sebagaimana yang dialami Wahyu Indra, dalam insiden terbakarnya Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, Jumat (3/3/2023) malam.

Wahyu Indra jatuh pingsan setelah menolong sejumlah korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang. Sadar-sadar saat ia menemukan dirinya terbaring di atas ranjang umah sakit.

“Banyak korban di sana. Kebanyakan anak kecil di depan rumah. Ada yang ketiban puing,” kata Rahmat kepada Tempo di Rumah Sakit Mulyasari, Jalan Plumpang Semper Nomor 19, Jakarta Utara, Sabtu (4/3/2023) dini hari.

Suasana mencekam itu baru dirasakan setelah Wahyu Indra dan dua rekannya, Rahman dan Amat mampir di sebuah kios di kompleks Mandiri 4. Antara kios dan lokasi ledakan berjarak sekitar 20 meter.

Wahyu Indra dan dua rekannya membonceng sepeda motor Beat. Di perjalanan mereka sudah mencium bau menyengat. Indra ingat, yang menguar itu bau bensin, lalu disusul aroma gas.

Dan, tak berselang lama terjadi ledakan yang disusul dengan kebakaran Depo Pertamina Plumpang terjadi. Motor terlempar dan tiga orang terjungkir seketika.

Saat itulah Indra, Rahman, dan Amat lari tunggang langgang, hingga ketiganya terpisah.

“Awalnya mereka lari di belakang saya, setelah itu enggak tahu ke mana,” tutur Indra, yang masih terbaring lemas.

Jarum infus masih menancap di tangan kanan Indra yang baru dijemput orang tuanya.

Detik-detik awal kebakaran masih terpaut di ingatan Heni Anggraeni (51). Dia ingat, beberapa saat sebelum ledakan, petir menguar. Disusul hujan. Tak lama, bau bensin menyengat, lalu aroma gas lagi.

Setelah mencium aroma bensin dan gas, Heni ke luar rumah.

“Pas saya keluar, saya dengar ledakan,” tutur warga Bendungan Melayu ini.

Saat itulah api sudah berkobaar-kobar mengepung. Orang-orang, kata Heni, berlarian. Mereka saling berdesak-desakan.

Heni bergegas, ia menyelamatkan anak-anak. Mereka meninggalkan rumah. Disusul ledakan kedua.

“Ledakan paling besar yang ke dua, yang ledakan ketiga itu udah asap,” tutur Heni, warga RT 10 RW 01, yang rumahnya berjarak dari lokasi ledakan.

“Orang lari desak-desakan.”

Peristiwa ledakan yang menelan nyawa sejumlah orang dan puluhan korban terbakar itu menurut Heni, menyeramkan. Dia dan keluarga berlari di bawah gelap. Mereka saling dorong menyelamatkan diri.

“Meledak sampai enggak kelihatan. Udah mati lampu. Udah gelap.” katanya.

Saat berlarian mengungsi dari rumah, di bawah gelap itu, Heni menyaksikan pria lanjut usia terjatuh, perempuan hamil terpelanting.

“Orang hamil pada jatuh. Bapak-bapak jatuh,” kata dia, mengenang. “Seram banget lihatnya.”

 

Cerita lain datang dari Intan Sari (21). Beralas sepotong spanduk, Intan duduk dengan kaki selonjor di teras rumah sakit. Di sampingnya terbaring dua bocah. Setelah magrib dia berkunjung ke rumah orang tuanya di Plumpang.

Pas ledakan menyeramkan itu, Intan berlari kembali ke rumah mertuanya di kompleks Koramil di RT 10 RW 01. Di sana ada seorang anak dan suaminya sekitar habis waktu salat isya.

Saat itu, mata Intan menangkap manusia berlarian. Tak jauh dari Intan, dua orang pria menggotong seorang laki-laki. Separuh tubuh itu baru saja dilumat api.

“Saya lihat korban satu orang dewasa terbakar dari kepala sampai kaki,” tutur Intan, perempuan yang tengah mengandung anak ketiga, itu.

Kini, Heni dan Intan berlindung di teras Rumah Sakit Mulyasari. Mereka berjumlah 20 orang. Ada yang terbaring, ada yang duduk memeluk lutut, yang lain duduk menyandarkan badan di dinding dengan kepala mendongak. Sebanyak 20 ini, mereka terdiri dari tiga kepala keluarga, 8 anak-anak, dan 2 orang lansia.

Sebelumnya, sebanyak 14 korban kebakaran dilarikan di rumah sakit ini. Menurut dr. Aditiya Rachman, setengah jam setelah ledakan, datang tiga orang korban. Sebagian besar yang dirawat di Instalasi Gawat Darurat korban terbakar.

“Sekitar 80 persen pasien yang dirawat di sini korban luka bakar,” ujar Aditiya, dokter IGD Mulyasari. Setelah itu para korban dirujuk ke sejumlah rumah sakiy. Sebanyak 12 orang dirujuk ke RSUD Koja; 1 orang ke Rumah Sakit Yarsi; dan 1 di Rumah Sakit Pertamina.

Heni Anggraeni yang sejak tadi berlindung di teras rumah sakit menyaksikan para korban kebakaran depo Pertamina Plumpang didatangkan dengan mobil ambulans. Para korban itu, menurut Heni, dibawah hampir 20 ambulans. Ia mengaku melihat korban ledakan ini dengan berbagai macam luka di tubuh.

Exit mobile version