JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Boyolali

Tak Menyangka Ada Perang Saudara di Sudan, Kuliah Pemuda asal Desa Jembungan, Boyolali Inipun Terhenti

Muh Nur Wahid (22) pemuda asal Dukuh Jetak Rt 13 Rw III, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Boyolali. Istimewa
   

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM Muh Nur Wahid (22) pemuda asal Dukuh Jetak Rt 13 Rw III, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Boyolali harus ikut menanggung akibat perang saudara Sudan. Kok bisa ? Ya, dia adalah salah satu mahasiswa Internasional University of Africa (IUA) di Khartoum, ibukota Sudan.

Akibat perang saudara tersebut, ribuan warga pun terpaksa mengungsi. Demikian pula para WNI yang tinggal disana, juga dievakuasi pemerintah dan dibawa pulang ke tanah air untuk menghindari perang.

Dan, Muh Nur Wahid (22) putra pasangan Sutana dan Musriatun juga ikut menanggung dampak perang saudara tersebut. Dia adalah mahasiswa Jurusan Sirah dan Dakwah, Fakultas Dirosat Islamiyah di IUA.

Dia sampai di rumahnya, Minggu (30/5/2023). Mahasiswa semester VII ini tak menyangka bahwa kuliahnya di Sudan terpaksa terpenggal sementara karena dampak perang saudara. Padahal, dia sudah nyaman kuliah melalui beasiswa penuh universitas setempat.

“Biaya kuliah sepenuhnya gratis termasuk makan dan minum di asrama pun gratis. Namun paska Covid-19 beberapa bulan lalu, saya pindah kos di luar asrama bersama tujuh teman. Meski biaya kos dan makan harus bayar sendiri.”

Baca Juga :  Asrama Haji Donohudan Boyolali Siap Terima Kedatangan Calon Haji

Terkait perang saudara Sudan, dia ingat mendengar suara tembakan beruntun pertama kali pada tanggal 15 April pagi hari. Dia dan temannya kaget dan bergegas mencari informasi, termasuk berita di TV.

Dia juga mengontak petugas KBRI setempat untuk mendapatkan informasi. “Asal tembakan sangat dekat dengan tempat kos, hanya sekitar 500 meter. Jadi ya dekat kampus juga, ternyata terjadi perang saudara.”

Hingga kemudian pada hari kedua lebaran dia dan WNI lain dikumpulkan oleh petugas KBRI di sebuah gedung di depan tempat kosnya. Total ada 1.200 WNI yang dikumpulkan lalu diangkut bus menuju pelabuhan Port Sudan. Dari sana naik kapal menyeberangi Laut Merah ke Arab Saudi.

“Di Arab Saudi dua hari, lalu dipulangkan ke Jakarta naik pesawat.”

Sesampai di Jakarta lalu diinapkan sehari di Asrama Haji Pondok Gede untuk cek kesehatan dan pemeriksaan administrasi. Setelah itu mau dipulangkan ke daerah asal dengan bantuan Pemda setempat.

Baca Juga :  Tangani Arus Balik Lebaran, Kapolres Boyolali Terjun Langsung Atur Lalu Lintas

“Namun masih butuh proses, akhirnya saya pulang sendiri.”

Kini, dia terus aktif melakukan kontak dengan pihak universitas guna mendapatkan informasi terkini. Dia juga berharap perang segera berakhir agar segera dapat melanjutkan kuliah. Dia juga mengontak pihak universitas terkait kemungkinan melaksanakan kuliah secara online.

“Kami masih terus saling kontak dengan teman- teman, petugas KBRI di Sudan serta pihak universitas. Namun harapan kami hanya satu, perang segera berakhir agar kami secepatnya bisa melanjutkan kuliah.”

Senada, Sutana ayah Muh Nur Wahid juga berharap perang saudara di Sudan dapat segera berakhir. “Selaku orang tua, tentu kami juga memiliki keinginan yang sama. Perang bisa segera berakhir. Agar masyarakat Sudan dapat beraktifitas seperti biasa dan tentu anak saya dan teman lainnya bisa melanjutkan kuliah kembali.”

Diakui, dirinya mendukung penuh cita- cita putranya tersebut. Apalagi sejak SD, Muh Nur Wahid sudah belajar mandiri karena berada di pondok pesantren. Sehingga tidak masalah harus terpisah dengan orang tua karena kuliah di luar negeri. Waskita

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com