Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Awas, Bahaya Vape Bisa Menjadi Bom Waktu!

ilustrasi seseorang mengisap vape

Ilustrasì seseorang mengisap vape dengan asap yang tebal /tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM  – Bahaya vape kini tak boleh diabaikan. Dulu, ketika rokok tradisional dianggap membahayakan kesehatan tubuh, vape dianggap sebagai alternatif yang relatif lebih aman.

Namun dalam perkembangan terkini, risiko penggunaan vape ternyata juga tak beda-beda amat dari rokok tradisional.

Bahaya vape itulah yang diingatkan oleh Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (FK UMM), Probo Yudha Pratama Putra.

Ia mengatakan, bahaya vape atau rokok elektrik merupakan bom waktu yang membahayakan kesehatan tubuh, terutama paru-paru.

“Banyak orang beranggapan mengonsumsi vape lebih aman ketimbang rokok tradisional,” paparnya.

Anggapan tersebut, menurut Probo, didasarkan pada pemikiran tidak adanya kandungan tembakau dalam rokok elektrik, sehingga mereka juga berpikir vape aman dan tidak merusak kesehatan.

“Padahal, electronic nicotine dispensing system (ENDS) yang sering kita kenal sebagai e-cigarettes atau vape memiliki sederet kandungan dan komposisi yang merusak tubuh,” paparnya.

Lagi-lagi Probo mengingatkan bahaya vape, di mana di dalam vape ada baterai kawat nikel, tembaga, hingga perak.

Sementara, dalam cairannya berisikan kandungan propilen glikol, nikotin, gliserol, tetrahidrokanabin, asetaldehida, formaldehida dan asetamida.

Berbagai komposisi tersebut akan bercampur menjadi satu dan membentuk asap yang dihirup dan masuk ke dalam tubuh.

“Efek dari asap tersebut jelas berbahaya bagi tubuh,” ujarnya.

Probo mencontohkan, pada tahun 2019 lalu, terjadi wabah penyakit yang disebabkan oleh vape. Yakni,  wabah e-cigarettes or vaping product use-associated lung injury.

Wabah itu terkenal dengan  sebutan wabah EVALI, karena terjadinya peradangan kronis yang disebabkan kandungan vapor.

“Penggunaannya dapat meningkatkan mediator inflamasi pada tubuh dan stres okidatif pada tubuh,” kata lulusan FK UMM itu.

Berisiko kematian

Tidak sekedar menyakitkan saja, Probo menyebut bahwa EVALI juga bisa berakibat fatal, bahkan hingga menyebabkan kematian.

Menurut salah satu penelitian, ada 68 kematian dalam sebuah wilayah dilaporkan terjadi karena penggunaan vape.

Sebagian besar pasien memerlukan ventilasi mekanis untuk membantu mereka bernapas dan bagi yang sudah parah berujung pada kematian.

Memang, Probo mengakui, jika dibandingkan dengan rokok tradisional, vape memiliki tingkat kerusakan yang lebih rendah.

Hal itu terbukti secara ilmiah melalui penelitian ahli yang dapat dipertanggungjawabkan. Namun, jika vape digunakan secara berlebihan akan menjadi bom waktu yang dapat membahayakan tubuh.

“Menurut saya, anggapan vape lebih baik daripada rokok itu tidak tepat. Sebisa mungkin hindari vape dan rokok konvensional. Vape mungkin lebih rendah tingkat kerusakannya namun tetap saja memberikan efek buruk pada paru-paru dan kelangsungan hidup masyarakat,” tegasnya.

Exit mobile version