BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Jumlah koperasi aktif di Boyolali kian menipis. Ya dari 877 koperasi yang terdaftar di Dinas Koperasi dan Tenaga Kerja (Diskopnaker) Boyolali, lebih dari separonya macet.
Menurut Kepala Dikopnaker Boyolali, Bambang Sutanto mengakui kondisi koperasi tersebut. Menurutnya pemkab akan menghidupkan kembali keberadaan koperasi itu. Dijeladkan, banyak koperasi di Kota Susu yang macet. Total ada 877 koperasi yang tercatat di dinas. Namun, dari 877 koperasi, 409 dalam keadaan aktif dan 469 sisanya tidak aktif.
“Separonya lebih tidak aktif. Itu ada beberapa faktor yang membuat tidak aktif. Seperti, macet karena anggota tidak mengangsur. Lalu, analisis keuangannya lemah. Pegawainya pensiun dan tidak ada regenerasi,” katanya, Jumat (9/6/2023).
Faktor lainnya adalah tidak ada sistem keberlanjutan. Terutama, apabila terjadi mutasi pengurus, lalu tidak terhubung dengan pembendaharaan OPD, kepengurusannya tidak mutasis mutandia alias perubahan seperlunya. Selain itu, analisis pinjaman yang lemah, transaksi non cash dan over booking. Ditambah lagi, sistem pengendalian intern perkoperasian belum ditangani baik dan belum diregulasi.
“Kemudian, dilakukan review oleh Inspektorat pada pegawai koperasi yang masih punya hutang akan diputihkan. Jadi review dilakukan pada seluruh koperasi berbasis organisasi perangkat daerah (OPD). Dalam waktu dekat, pemkab juga mengupayakan peraturan bupati (Perbub) mengenai totalitas revitalisasi koperasi. Agar ada kebijakan dan pengawasan yang mengatur tentang perkoperasian tersebut,” katanya.
Ditambahkan, keberadaan koperasi cukup vital untuk masyarakat kelas menengah ke bawah. Sebab selama ini, perbankan tidak menyediakan kredit untuk kelas marjinal. Sehingga muncul orang-orang yang terjebak pinjaman online, renternir dan sebagainya. Korban pinjol dan renternir nekat meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mayoritas menimpa kelas kecil.
“Jadi, kita punya target sampai Hari Koperasi pada 12 Juli mendatang untuk merevitalisasi perkoperasian. Keberadaan koperasi menjadi soko guru perekonomian yang diwariskan oleh founding father Indonesia, Bung Hatta, untuk dikembangkan menjadi salah satu pilar ekonomi di salah satu kelas masyarakat menengah ke bawah.”
Revitalisasi dimulai dari koperasi ASN yang akan berkembang ke pertanian, peternakan sampai dengan tingkat RT. Tujuannya, untuk memberikan kemudahan akses keuangan masyarakat terutama marjinal. Selanjutnya, pengelolaan koperasi akan dikembangkan ke arah digital. Baik cara transaksi cashless serta pencatatan dan pelaporan berbasis aplikasi. Waskita