SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sejumlah orang pengguna jalan di Sragen akhir-akhir ini menggeluhkan kehadiran para pengusaha mesin Teleser (perontok padi) saat panen Padi yang mengganggu kelancaran pengguna jalan ketika panen, kehadiran para rombongan pengerek Padi ini yang terkenal arogan dan kolot serta suka ngepruk harga ke Petani ini sungguh sangat disayangkan.
Berdalih mengaku sebagai bagian dari Petani, kehadiran para pengusaha mesin Teleser ini justru banyak dikeluhkan.
Keluhan tersebut disampaikan langsung oleh Alex Susanto (33) salah satu warga Plupuh, Sragen, Jawa Tengah yang baru-baru ini melakukan perjalanan ke wilayah Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen.
Menurutnya, pengusaha mesin panen Padi Teleser dan 20 orang pekerjanya sudah sangat kelewatan dan menganggu penguna jalan, mereka memasang mesin teleser di setengah jalan dan pengguna jalan yang hendak melintas harus bergantian.
“Bahkan mobil gak bisa lewat karena setengah bahu jalan dipakai sama mereka, kalau kita nekat melintas lewat sebelah kanan mesin itu mobil kita bisa terguling ke sawah karena jalan sempit dan langsung ke parit sawah,” kata Alex Susanto pada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (27/6/2023) pagi.
Selain sangat menganggu penguna jalan, kehadiran mereka justru menjadi Preman gaya baru dan suka ngepruk harga ke Petani.
“Pengusaha teleser sangat menganggu jalan umum dan tidak merasa punya salah, dia merasa paling benar, bahkan pengusaha mesin teleser ini juga sering ngepruk harga sangat mahal ke Petani, mereka seenaknya mengunakan jalan dan memakan bahu jalan, aksi mereka harus segera ditertibkan oleh Polisi dan Dishub,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Mbah Paniyem (65) salah satu warga Desa Gading, Tanon, Sragen. Menurutnya para pengusaha mesin Teleser (perontok Padi) ini juga semakin semena-mena dan membuat patokan tarif harga semakin mahal dan ugal-ugalan, bahkan menurutnya para pengusaha mesin Teleser suka ngepruk Petani dikala petani panen.
“Sekarang para pemilik mesin Teleser bikin harga sudah ugal-ugalan untuk sekali panen, padahal petani sudah biaya tanam, beli pupuk dan obat serta perawatan sudah mahal sedangkan padi dijual harganya murah, lha ini untuk memanen Padi aja tarif mereka sangat tinggi dan sangat ngepruk,” jelasnya.
Mbah Paniyem membeberkan, untuk sekali panen pada musim ini ia sempat dikepruk harga sangat mahal, membuat dirinya membatalkan mengunakan jasa perontok padi mesin Teleser tersebut.
“Sak iki edan edanan og seng duwe usaha Teleser, gawe harga ora mikirne wong tani, mosok seprapat ora ono sak hentar wong teleser jalok 600 ewu, biasane wae mong 300 sampai 350 ribu,” (Sekarang itu gila-gilaan yang punya usaha teleser itu buat harga tidak memikirkan orang petani, masak seperempat hektar itu kan tidak sampai satu hektar saja minta Rp.600.000,- (seperempat hektar minta Rp.600.000,-), Biasanya Cuma harga Rp.300.000,- sampai Rp.350.000,-) ujarnya.
Huri Yanto