Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Wajib Tahu, ini 5 Ciri Model Baru Kemitraan Universitas Masyarakat alias KUM

Dosen

Peningkatan kompetensi dosen bidang pengabdian kepada masyarakat (PKM) yang diselenggarakan STABN Raden Wijaya Wonogiri, Senin-Rabu (12-14/6/2023) di Hotel Megaland Solo. Dok. Panitia

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Wajib tahu, ini 5 ciri model baru kemitraan universitas masyarakat alias KUM.

Fakta soal 5 ciri model baru kemitraan universitas masyarakat alias KUM itu terungkap pada acara peningkatan kompetensi dosen bidang pengabdian kepada masyarakat (PKM) yang diselenggarakan STABN Raden Wijaya Wonogiri, Senin-Rabu (12-14/6/2023) di Hotel Megaland Solo.

Melalui rilis yang diterima JOGLOSEMARNEWS.COM , Rabu (14/6/2023)
agenda itu diikuti 16 peserta yang terdiri atas 14 dosen STABN dan 2 dosen STAIMAS Wonogiri. Kedua dosen STAIMAS Wonogiri yaitu Rochmawati Solikhah Sukemi dan Mutia Azizah Nuriana.

Hadir sebagai narasumber yakni Prof Dr Syamsul Hadi, Prof Hamam, Dr Djarot Wahyudi, dan Prof Dr Abdul Muhid.

Pada kesempatan itu, para peserta diberikan pengetahuan bagaimana melakukan PKM dengan 4 metode Participatory Action Research (PAR), Asset Based Community Development (ABCD), Service Learning (SL), dan Community Based Research (CBPR).

Ketua STABN Raden Wijaya Wonogiri Prof Dr Hesti Setyadi mendukung penuh kegiatan peningkatan kompetensi ini karena mampu memberikan kontribusi besar dalam peningkatan ilmu pengetahuan dosen tentang pelaporan PKM.

Sementara Ketua Panitia Urip Widodo berharap bisa bersama dosen perguruan tinggi lain termasuk dari STAIMAS Wonogiri untuk melakukan PKM demi kemajuan Indonesia.

Salah satu pemateri, Djarot menyampaikan Perguruan Tinggi Islam di Indonesia memiliki peran penting dalam pengembangan masyarakat Indonesia. Mereka dapat membantu menumbuhkan kapasitas masyarakat dan warganegara menjadi produktif, berpartisipasi penuh dalam mewujudkan demokrasi Indonesia, menghargai dan mempromosikan hak asasi manusia.

Juga mengembangkan masyarakat sipil yang dinamis, mewujudkan perdamaian dan membangun kemandirian ekonomi.

Untuk mengisi peran kemasyarakatan yang penting ini, Perguruan Tinggi Islam mempunyai kesempatan untuk mengembangkan perencanaan strategis
kemitraan universitas masyarakat (KUM) yang kuat dan realistis.

“Apabila dikembangkan dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, perencanaan strategis ini memiliki potensi untuk mengembangkan institusi dengan cara yang substantif dan memiliki dampak penting terhadap demokratisasi di tengah-tengah komunitas dan masyarakat yang lebih luas,” beber Djarot.

Merujuk kepada Buku Perencanaan Stratgeis untuk KUM, berikut 5 ciri model baru kemitraan universitas masyarakat alias KUM :
1. Keterbukaan perguruan tinggi menciptakan lingkungan yang ramah untuk lebih memudahkan
kerjasama dengan masyarakat, baik dalam bentuk outreach (kampus menjangkau masyarakat) maupun inreach (masyarakat mengakses kampus).

2. Kemitraan bekerja dengan masyarakat sipil, pemerintah di semua tingkatan dan dunia usaha sebagai mitra sejati dengan semangat saling memberi manfaat.

3. Integrasi Tri Dharma menentukan cara-cara inovatif dan praktis bagi perguruan tinggi supaya bermitra dengan masyarakat melalui fungsi pengajaran, penelitian dan pengabdian untuk memperkuat integrasi dan interkoneksi antara tiga peran penting ini untuk memenuhi kepentingan perguruan tinggi dan masyarakat.

4. Pendekatan berbasis aset dan kepemimpinan warga menyatukan pendekatan pengembangan
masyarakat berbasis pemberdayaan kekuatan / aset secara partisipatif pada semua pekerjaan KUM maupun di dalam kampus itu sendiri. Pendekatan ini penting untuk mengurangi ketergantungan.

5. Tata kelola kehidupan yang demokratis berbasis nilai menanamkan semua pekerjaan KUM dengan nilai-nilai islami, seperti toleransi, menghormati hak asasi manusia, kesetaraan gender, inklusi sosial, peduli lingkungan, perdamaian, dan lain-lainnya. Aris Arianto

Exit mobile version