Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Mikke Susanto Buka Pameran Tunggal Pelukis Muda, Reza di Kopi Macan Gallery

Dr. Mikke Susanto (Kurator/Dosen/Peneliti ISI Yogyakarta, Yusman (Owner Kopi Macan Gallery), Pramono Pinunggul (Ketua Lingkar Kajian Keris) dan Rivianto (Dewan Kebudayaan) berfoto bersama di latar belakang lukisan karya pelukis muda, Muhammad Ahnaf Mumtaza / Istimewa

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dalam usianya yang masih terbilng muda, Muhammad Ahnaf Mumtaza mampu memukau pengunjung Kopi Macan Gallery & Coffeshop di Jalan Bugisan Selatan No. 9B, Senggotan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.

Seorang dosen, kurator sekaligus peneliti dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Dr. Mikke Susanto S. Sn M.A bahkan menilai, secara teknis Ahnaf memiliki kelebihan.

“Dia membuat ribuan garis yang diatur, dan seolah-olah mampu mengkoordinasi garis-garis itu melalui tangannya,” paparnya, seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.

Di samping itu, urai Mikke Susanto, tema-tema yng diangkat Ahnaf memberikan gambaran tentang anak muda zaman sekarang yang tidak hanya bicara tentang diri sendiri, tetapi juga tentang banyak orang, sub kultur atau semangat spiritualitas yang ada di sekitar kita.

Selain itu, lanjut Mikke, saat ini orang berada pada suatu zaman  yang segala sesuatunya  serba mungkin untuk dilaksanakan.

“Di sini, Ahnaf mampu menuangkan kompleksitas di sekitarnya  ke dalam kanvas sehingga bisa dinikmati secara sederhana,” ujarnya.

Para penikmat seni, utamanya seni lukis masih cukup waktu bila ingin menikmati dan menyelami kedalaman filosofi yang tergurat lewat sapuan kuas dari tangan Ahnaf.

Pasalnya, pelukis muda itu tengah menggelar  pameran tunggal di Kopi Macan Gallery & Coffeshop Jl. Bugisan Selatan No. 9B, Senggotan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul dari Minggu (2/7/2023) hingga Minggu (16/7/2023).

Pameran tunggal bertajuk “Berkumpulnya Garis”  itu dibuka oleh Mikke Susanto dan dimeriahkan dengan hadirnya grup hadroh Ndalem Pinunggulan.

Nama-nama beken juga hadir di sana, seperti Assist, Prof. Hanif Budiman Ir. M.T. Ph.D (Kepala Prodi Arsitektur Fakultas Teknik UII), Yusman (Pematung Nasional sekaligus Owner Gallery Kopi Macan), Dr. Ir. Revianto Budi Santosa, M.Arch (Anggota Dewan Kebudayaan DIY, Dosen Arsitektur UII),   serta para penikmat pemerhati lukisan lainnya.

Dalam pidato pembukaannya, Mikke mengatakan bahwa pameran tidak hanya berguna bagi pelukis namun juga bagi pemirsanya.


Salah satu karya pelukis muda Muhammad Ahnaf Mumtaza tengah diapresiasi dalam pameran tunggal di Kopi Macan Gallery & Coffeshop Jl. Bugisan Selatan No. 9B, Senggotan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul / Istimewa

Lukisan merupakan gambaran kehidupan tentang seniman yang sedang berpameran, juga terkait dengan bidang studi yang pernah ditempuhnya.

“Seorang yang mengambil studi senirupa melakukan pameran sesuai bidang studi yang digelutinya itu biasa. Tapi seorang Ahnaf yang berlatar studi arsitektur, bukan ISI, ternyata bisa punya karya yang luar biasa,” ujarnya.

Sementara itu, kurator pameran,  Achmad Fiqhi Wahyudi Duni mengatakan, apa yang dikerjakan Reza sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Teknik yang sedang dilakukan Reza sudah dikenalkan sejak dulu oleh Maestro Lukis Internasional, Van Gogh.

“Namun bukankah kita semua melakukan laiknya pandangan Ki Hadjar Dewantara, tentang pandangan-pandangan mengenai kreativitas dan kebebasan berekspresi yaitu konsep 3N dan Tringo?” ujar Achmad.

Konsep 3N tersebut, menurut Achmad adalah niteni (mencermati), nirokke (meniru) dan nambahi (menambahi). Sedangkan konsep Tringo adalah ngerti (mengerti), ngrasa (merasakan) dan nglakoni (menjalani).

Secara naluriah anak-anak melakukan apa yang dilakukan orang dewasa dengan kemampuan inderawinya dalam melihat, mengamati, mencermati, menghayati, dan memanifestasikannya dengan tindakan.

Menurut Achmad, hal tersebut dibutuhkan untuk membantu dalam memacu semangat. Lebih jauh, yang perlu ditengarai adalah praktik artistik yang dikerjakan Reza saat ini merupakan akumulasi dari berbagai  periode yang dialaminya. Dan yang penting digarisbawahi adalah bagaimana “sudut tangkap” yang diimajinasikan dalam mengomposisi citraan.

Dalam pidato pembukaannya, Mikke mengatakan bahwa pameran tidak hanya berguna bagi pelukis namun juga bagi pemirsanya.

Lukisan merupakan gambaran kehidupan tentang seniman yang sedang berpameran, juga terkait dengan bidang studi yang pernah ditempuhnya.

“Seorang yang mengambil studi senirupa melakukan pameran sesuai bidang studi yang digelutinya itu biasa. Tapi seorang Ahnaf yang berlatar studi arsitektur, bukan ISI, ternyata bisa punya karya yang luar biasa,” ujarnya.Yang begitu terasa, ketika perspektif karya yang dihadirkan menyesuaikan dengan alam pikirnya, yang bukan sebatas arsitektur saja. Melainkan, kesengajaannya memunculkan bentuk yang tidak proporsi, sebagai cara untuk bermain-main di antara garis.

“Satu hal yang menjadi penting dan menjadi benang merah dalam proses penciptaan karya yang dilakukan Reza ialah bagaimana garis disusun dan dikumpulkan dalam menghadirkan objek di atas kanvasnya. Garis-garis kecil dan besar, tegas dan dinamis, panjang dan pendek diolahnya dalam layer-layer war.”

 

Sementara Reza atau Muhammad Ahnaf Mumtaza mengatakan bahwa dirinya sudah menghasilkan ratusan karya berupa lukisan dan sketsa serta beberapa kali mengikuti lomba lukis dan pameran bersama. Ketika kelas 3 SMP (2015) pernah menjadi juara 2 pada even lomba melukis wajah Sri Sultan Hamengku Buwono  IX se DIY-Jateng  di Balai Pelestarian Budaya Yogya.  Reza juga pernah juga menjadi pemenang juara I lomba poster tentang gizi seimbang di Balai Kota DIY.

Putra pasangan M. Agus Mazid Puronomo dan Hayati, mengaku kreativitas seninya muncul sejak kecil. Umurnya belum genap dua tahun ketika ia mulai  menorehkan coretan-coretan di atas kertas putih.

“Papa  yang mengajari menggambar dan melukis. Beliau selalu menyediakan kertas dan alat gambar agar aku dan kakak bebas corat-coret,” katanya di studio lukisannya Jl. Magelang,  Kutu Dukuh, Mlati, Sleman Yogyakarta beberapa waktu lalu.

Remaja kelahiran 6 Juni 1999 itu mulai melukis diatas kanvas saat dirinya berusia empat tahun. Sedangkan pameran lukisan yang pertama diikuti saat umurnya baru 15 tahun.

Saat itu Reza bersama tiga pelukis cilik lainnya mengelar pameran bersama di Sellie Coffee (2014). Pameran bertajuk ‘Unpredictable Kids” tersebut dibuka oleh GKR Pambayun dan mendapat sambutan hangat dari masayarakat.

Dalam pameran kali ini, Reza memajang 10 karya lukis terbarunya  dan sekitar 30 karya lukis lama. Lukisan-lukisan yang dipamerkan antara lain: Rumah Impian Masa Kecil, Berlabuh, Paku Bumi, Santai di Jeju Island, :Kontemplasi, Menunggu Maghrib, Self Portrait, Fafirru Ilallah, Malaikat pun Berthowaf. Suhamdani 

 

Exit mobile version