Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Begini Riuhnya Bila Anak-anak dan Emak-emak RT 06 Jesper Bersaing dalam Aneka Lomba

Anak-anak di RT 06/RW 10 Jetis Permai (Jesper), Gentan, Baki, Sukoharjo ini tampak beradu cepat menghabiskan kerupuk bertabur kecap dalam lomba menyemarakkan HUT Kemerdekaan RI ke-78. Saking semangatnya, bocah kecil (paling kiri) ini pun ikut lomba, / Foto: Suhamdani

SUKOHARJO, JOGLOSEMARNEWS.COM Seolah tak habis-habisnya semangat dan kreasi anak-anak dan emak-emak di RT 06/RW 10, Jetis Permai, Gentan, Baki, Sukoharjo ini dalam menyemarakkan HUT Kemerdekaan RI ke-78.

Riuh kegembiraan mereka luapkan melalui gerak dan wajah saat mengikuti aneka lomba yang digelar secara bersamaan pada hari Minggu (6/8/2023) sore.

Di bawah koordinasi Angga Fajar Mah

Lomba estafet karet ini pun tak kalah seru. Anak-anak tampak berusaha keras mengambil karet gelang di atas wadah dengan menggunakan sedotan / Foto: Suhamdani

endra dan kawan-kawan, anak-anak dari berbagai usia itu mengikuti lomba makan kerupuk bertabur kecap, menggiring bola dengan terong serta lomba estafet karet.

Ups, lihat! Anak-anak yang semula menampakkan rona bersih nan cerah, mendadak saja muncul semacam bopeng-bopeng hitam di wajah mereka.

Tak khawatir wajah mereka berlepotan kecap, anak-anak ini dengan semangat 45 berupaya adu cepat menghabiskan kerupuk. Bahkan saking semangatnya, bocah kecil ini sampai menggunakan tangannya untuk memegangi kerupuk / Foto: Suhamdani

Yah, ternyata taburan kecap yang melumer di kerupuk telah berpindah ke wajah bocah-bocah kecil itu. Alih-alih membuat mereka berwajah kusut, bercak-bercak hitam itu malah semakin menambah kemeriahan lomba.

Ketika saling bersitatap, mereka justru tertawa bersama melihat wajah-wajah mereka berceloneh. Begitupun, orang tua-orang tua yang ikut menunggui anak atau cucunya di sekeliling lapangan Badminton, area di mana lomba itu digelar, tampak sumringah.

Lomba estafet karet pun tak kalah serunya, karena permainan ini melibatkan lebih banyak peserta secara beregu.

Berkali-kali anak di barisan terdepan harus jongkok, lalu dengan sedotan yang digigit atau dikempit dengan bibir, mengambil karet gelang.

Setelah karet gelang berhasil diangkat dengan sedotan, ia lalu berdiri dan membalikkan tubuhnya dan memberikan karet gelang itu kepada kawannya, yang juga menggunakan sedotan di mulut.

Uh, capeknya yang berdiri di depan karena harus jongkok dan berdiri berkali-kali, berpacu dengan lawan-lawannya.

Arga Fajar Mahendra, selaku koordinator lomba menjelaskan, lomba-lomba tersebut selain untuk keseruan dalam menyemarakkan HUT Kemerdekaan RI, juga untuk melatih anak-anak supaya sesrawungan (bergaul-red) dengan rekan-rekannya yang lain.

“Semangatnya, ayo anak-anak keluar dari rumah, lepaskan gadgetnya sebentar untuk bermain bersama,” beber Arga kepada Joglosemarnews.

Melalui kegiatan lomba tersebut, menurut Arga, anak-anak akan beraktivitas riang gembira, dan juga sedikit berolah raga, karena semua anggota tubuh ikut bergerak dalam lomba tersebut.

Lomba makan kerupuk dengan kecap, misalnya,  adalah ide agar lomba tidak monoton.

“Jadi ada sedikit sentuhan biar lebih gayeng. Lomba estafet karet pun bertujuan melatih anak-anak agar bisa bekerja sama secara tim,” lanjut Arga.

Lebih dari itu, menurut Arga, kegiatan lomba-lomba tersebut sebenarnya penting untuk melatih motorik anak-anak. Pasalnya, era digital diakui atau tidak telah menyerobot dunia ceria anak-anak ke dalam ruang sempit.

“Anak-anak zaman sekarang mungkin bisa berselancar luas ke dunia maya, tapi motorik mereka terganggu. Ibaratnya, hanya dua jempol tangan yang selalu bergerak dengan kepala menunduk tak peduli kiri kanan,” jelas Arga lebih lanjut.

Karena itulah, menurut Arga, HUT Kemerdekaan RI menjadi sebuah momentum berharga untuk mengajak anak-anak keluar dari dunianya, dan menengok ke lingkungan sekitar.

“Lihat sekeliling kalian, teman-teman kalian sangat menyenangkan,” beber Arga.

Emak-emak Tak Mau Kalah

Ups, emak-emak ini ternyata memiliki semangat juang tinggi untuk mempertahankan keseimbangan tampah di atas kepalanya agar tak terjatuh. Keseriusan emak-emak ini justru menjadi hiburan bagi penonton / Foto: Suhamdani

Tak jauh dari arena lomba anak-anak, emak-emak juga tak mau kalah gayeng. Mereka mengikuti lomba gulung setagen secara perorangan, lomba gerakan misteri serta lomba balapan sembari nyunggi tampah.

Setagen adalah salah satu unsur dalam pakaian tradisional Jawa, yang fungsinya sebagai pengikat jarik atau tapih.

Ah, serunya perjuangan emak-emak ini. Emak-emak yang sudah berusia lanjut pun seolah tak mau kalah dengan yang muda-muda / Foto: Suhamdani

Di era milenial sekarang ini, setagen memang jarang sekali digunakan. Meski demikian, bukan berarti peserta lomba yang sudah berumur dan pernah menggunakan setagen pasti menang dalam lomba ini.

Peserta dari golongan muda-muda terlihat justru lebih lincah menggulung setagen dengan rapi dan kencang.

Sedangkan dalam lomba nyunggi tampah lebih seru lagi. Bagaimana tidak,  karena emak-emak ini harus beradu cepat dalam hal lari, tentu dengan menyunggi tampah di atas kepalanya.

Emak-emak ini lagi tekun menggulung setagen, siapa cepat, rapi dan gulungannya padat bakal menjadi juaranya / Foto: Suhamdani

Memang tidak ada isi apapun di atas tampah tersebut, namun karena guncangan, tiupan angin serta faktor licin di rambut, membuat tampah bisa melorot dengan sendirinya dan jatuh.

Terpancar ketegangan dalam wajah-wajah mereka saat mereka beradu lari dengan sekaligus menjaga keseimbangan agar tampak tak sampai jatuh.

Suasana pun menjadi ger-geran, karena gerakan mereka semakin tampak lucu. Suhamdani

Exit mobile version