Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Fenomena El Nino Diprediksi Hingga Januari 2024, Warga Diimbau Manfaatkan Air Hujan Semaksimal Mungkin

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jateng, Sukasn. Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Fenomena iklim El Nino diprediksi bakal terjadi hingga bulan Januari 2024 mendatang. Untuk itu, masyarakat diminta waspada.

“Pasalnya, El Nino berdampak terhadap berkurangnya curah hujan,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jateng, Sukasno, Rabu (23/8/2023).

Ditemui wartawan seusai Apel Siaga Bencana di Lapangan Desa Ringinlarik, Kecamatan Musuk, Boyolali, kurangnya curah hujan bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Semisal curah hujan di suatu daerah di Boyolali itu mencapai 160 mm, maka kini akan kurang dari angka tersebut.

“Contoh nyata di kawasan Kecamatan Musuk ini, sudah tiga bulan terakhir tidak turun hujan.”

Beruntung kondisi tersebut sudah diantisipasi sejak dini oleh Pemkab setempat dan masyarakatnya. Seperti memaksimalkan embung untuk penampungan air hujan. Juga persiapan penampungan air milik warga.

“Ini tentunya bisa mengurangi dampak El Nino,” katanya.

Pihaknya juga mengingatkan masyarakat agar tidak melakukan pembakaran sampah di kaawasan rawan kebakaran hutan atau lahan. Masyarakat juga harus memaksimalkan pemanfaatan air hujan. Pasalnya, meski ada fenomena El Nino, mesti ada hujan dalam satu atau dua hari.

“Air hujan ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Langsung saja air hujan ditampung untuk kebutuhan warga sehari- hari,” katanya.

Disinggung tentang suhu panas siang hari, menurutnya hal itu dampak ketiadaan awan. Sehingga bumi atau tanah menyerap panas secara langsung. Sebaliknya, pada malam hari, udara terasa lebih dingin.

“Ini disebabkan tidak adanya tutupan awan yang menahan panas, sehingga panas di dalam tanah segera lepas,” katanya.

Namun demikian, rata- rata suhu ruangan masih di kisaran 35 derajad Celcius. Hanya saja, suhu di luar ruangan tentu lebih tinggi. Untuk itu perlu antisipasi perubahan iklim melalui reboisasi dan penanaman hutan.

“Juga pengurangan pemakaian bahan bakar fosil agar tak terjadi perubahan iklim secara ekstrem,” katanya.

Disinggung tentang beredarnya foto traficcone di Semarang yang rusak akibat panas, dia mengakuinya. “Itu kejadiannya, suhu di jalan aspal kan lebih panas. Mungkin cone panas, suhu tak bisa keluar lalu rusak. Namun untuk suhu ruangan yang kami ukur maish berkisar 35 derajad Celcius,” pungkasnya. Waskita

Exit mobile version