Beranda Edukasi Pendidikan Mahasiswa KKN 136 FKIP UNS Kenalkan Potensi Kesehatan dan Ekonomi Sayur Gambas...

Mahasiswa KKN 136 FKIP UNS Kenalkan Potensi Kesehatan dan Ekonomi Sayur Gambas ke Warga Desa Mulur, Sukoharjo

Mahasiswa KKN Kelompok 136 FKIP UNS tengah melakukan sosialisasi mengenai potensi tanaman Gambas kepada tim penggerak PKK Desa Mulur, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo | Foto: Istimewa

SUKOHARJO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Mahasiswa KKN Kelompok 136 FKIP UNS melakukan sosialisasi potensi tanaman Gambas atau Ceme (Luffa acutangula L. Roxb) kepada tim penggerak PKK Desa Mulur, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, Rabu (9/8/2023).

Materi sosialisasi dibawakan oleh salah satu anggota tim mahasiswa KKN 136, Imanda Fadhilah Utami, mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi.

Sosialisasi tersebut membuka wawasan baru bagi warga, di mana tanaman gambas memiliki manfaat bagi kehidupan baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang ekonomi.

“Kami berharap ini bisa menambah wawasan ibu-ibu PKK Desa Mulur, bahwa sayur gambas punya kandungan gizi tinggi dari sisi kesehatannya, dan dapat dikreasikan menjadi spons organik dari sisi ekonominya,” papar Fadhilah Utami, seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.

Sebagaimana diketahui, masyarakat Indonesia biasa mengolah sayur Gambas menjadi sayur bening, tumis, campuran sayur lodeh dan olahan yang lainnya.

Akan tetapi, tidak banyak masyarakat yang mengetahui mengenai kandungan gizi yang terdapat pada sayur Gambas.

Menurut Imanda, beberapa kandungan gizi yang terkandung yaitu zat besi, fosfor, kalsium, karoten, protein, riboflavin, seng, serat, kalium, vitamin A, vitamin B5, dan mangan.

“Sayur Gambas yang bisa diolah menjadi makanan hanya Gambas yang masih muda saja. Gambas yang sudah tua tidak dapat diolah menjadi makanan karena teksturnya yang telah mengeras,” jelasnya.

Baca Juga :  Siswa SD Muhammadiyah PK Solo Raih Medali Perunggu KSNR ke-6

Spons Organik

Jangan salah, sayur Gambas yang sudah tua bukannya tidak dapat dimanfaatkan lagi. Menurut Imanda, sayur gambas yang sudah tua memiliki manfaat dari sisi ekonominya, yakni dibuat menjadi spons organik.

“Spons organik ini bisa untuk mencuci piring, gelas dan peralatan lainnya. Dari sisi ekonomi, ini bisa menghemat pengeluaran,” beber Imanda Fadhilah.

Mahasiswa KKN Kelompok 136 FKIP UNS berfoto bersama tim Penggerak PKK Desa Mulur, Kecamatan Bendosari, Sukoharjo | Foto: Istimewa

Ia menjelaskan, spons organik dari Gambas memiliki beberapa kelebihan, yaitu lebih ramah lingkungan daripada spons buatan yang berbahan dasar plastik. Pasalnya, gambas bisa lebih cepat diuraikan oleh mikroorganisme daripada spons yang terbuat dari plastik.

Kemudian, menggunakan spons dari gambas juga lebih hemat pengeluaran, karena dapat dibuat sendiri di rumah.

Mengenai jangka waktu pemakaian spons organik yang terbuat dari Gambas ini dapat bertahan selama kurang lebih dua minggu.

“Ini karena spons yang digunakan terlalu lama dapat menjadi sarang mikroorganisme dan pada jangka waktu tersebut struktur serat Gambas sudah mulai rusak,” lanjut Imanda.

Imanda Fadhilah menjelaskan, pembuatan spons organik dari Gambas dapat dilakukan dengan beberapa langkah.

Pertama, menyiapkan Gambas yang telah mengering di pohon.  Kedua, potong ujung sayur gambas untuk mengeluarkan bijinya, lalu rendam Gambas tersebut dalam air selama 2–3 hari supaya Gambas mudah untuk dikupas.

Baca Juga :  Konsorsium Pendidikan Muhammadiyah Colomadu Kunjungi Kantin Sehat SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Solo. Ada Apa?

Ketiga, setelah sayur Gambas dikupas, maka rendam pada air panas 2-3 menit. Apabila semua langkah tersebut telah dilakukan, maka Gambas siap digunakan sebagai spons organik dan bisa digunakan untuk mencuci piring.

Spons organik tersebut, menurut Imanda Fadhilah juga bisa menjadi peluang usaha dan menjadi ciri khas suatu daerah terutama di Desa Mulur.

“Karena Desa Mulur mempunyai satu waduk yang bisa menjadi sumber pengairan sehingga kemungkinan besar tanaman Gambas akan lebih mudah dibudidayakan,” pungkasnya. [Redaksi]