BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Tradisi Buka Luwur Makam Ki Ageng Pantaran digelar masyarakat Desa Candisari, Kecamatan Ampel, Jumat (11/8/2023). Bertepatan dengan tanggal 25 Suro atau pekan ketiga bulan Suro pada penanggalan Jawa.
Tradisi dihadiri ribuan pengunjung dari berbagai daerah. Mereka berbaur dengan warga setempat. Mereka turut memadati area makam yang terletak di atas bukit yang tak jauh dari bumi perkemahan Indra Prasta Pantaran, Desa Candisari, Kecamatan Ampel.
Warga juga membawa aneka makanan. Para pengunjung dengan tenang mengikuti acara doa bersama. Namun pengunjung pun lalu rela berdesak-desakan memperebutkan takir nasi, janur, juga potongan kain bekas penutup makam. Mereka percaya makanan dan potongan kain bisa membawa berkah.
Acara diawali kirab dari rumah juru kunci makam, Totok Sunyoto menuju makam Ki Ageng Pantaran. Peserta kirab diantaranya berpakaian prajurut yang membawa kain mori putih, bunga, tombak dan payung mutha. Selain itu juga ada 8 gunungan hasil bumi.
Setelah itu dilakukan doa untuk keselamatan masyarakat. Usai doa, dilakukan penggantian kain luwur atau lurup oleh Bupati Boyolali, M Said Hidayat bersama juru kunci makam, Totok Sunyoto. Kain luwur lama lalu dipotong- potong dan diperebutkan para pengunjung.
Usai acara, Totok menjelaskan, tradisi buka luwur sudah berjalan sejak dulu bahkan sejak ratusan tahun. Tradisi buka luwur lalu dilestarikan secara turun temurun.
“Ada lima makam yang diganti luwurnya. Yakni, Syekh Maulana Ibrahim Magribi, Dewi Nawangwulan, Ki Ageng Pantaran, Ki Ageng Mataram dan petilasan Ki Ageng Kebo Kanigoro,” katanya.
Tokoh masyarakat setempat, Ayub Sarjono menambahkan, warga sekitar meyakini sampai sekarang bahwa di Dukuh Pantaran, Desa Candisari itulah, makam Ki Ageng Pantaran. Dia adalah seorang wiku atau resi yang hidup di jaman Kerajaan Demak Bintoro.
Setelah kedatangan seorang ulama bernama Syech Maulana Ibrahim Maghribi dan saling bertukar wawasan, mereka kemudian mendirikan masjid di tempat itu.
“Masjid inilah yang disebut Masjid Pantaran yang artinya seusia atau sepantaran dengan pembangunan masjid Demak Bintoro,” ungkapnya.
Ketua DPRD Boyolali, Marsono yang turut hadir mengharapkan agenda tahuan bisa terus dilestarikan. “Tradisi ini akan menjadi asset kekuatan untuk memperkuat dan melestarikan budaya. Diharapkan juga bisa menjadi benteng kerukunan masyarakat,” tandasnya. Waskita