KLATEN, JOGLOSEMARMEWS.COM – Hama wereng dan penggerek batang atau sering disebut sundep masih menjadi momok para petani di kawasan Soloraya.
Bahkan, problem yang sama tidak cuma dialami oleh para petani di wilayah Soloraya, namun juga para petani di wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura).
Karena itulah, kualitas dan ketahanan tanaman sangat diperlukan untuk mengantisipasi kondisi terburuk dari para petani tersebut.
Sebuah perusahaan pertanian multi global, Corteva Agriscience berinovasi melalui bahan insektisida Deladaxin 50/90 SC yang diklaim efektif terhadap dua hama tersebut.
“Para petani kami perlihatkan ada spesimen tanaman padi dari pertumbuhannya. Untuk bisa mendapatkan hasil panen yang optimal apa yang mereka harus lakukan dan penerapannya bagaimana,” urai Country Leader Corteva Agriscience Indonesia, Wahyu Indrawanto di Kecamatan Juwiring, Klaten, Jawa Tengah, Senin (25/9/2023).
Wahyu mengatakan, penggunaan produk tersebut, tidak hanya mengusir wereng dan penggerek batang, tapi tanaman padi juga akan tumbuh sehat. Selain itu, batang kokoh dengan jumlah anakan lebih banyak, sehingga panen lebih optimal.
“Kemudiam pertumbuhan malai dalam satu rumpun bisa lebih banyak satu hingga dua malai jika dibandingkan dengan produk lainnya. Dalam satu hektar itu kalau dikonversikan itu bisa sekitar 0,5 ton gabah. Kalau satu atau dua malai, kalau dihitung harga padi sekarang Rp 7.000 harga gabahnya atau dengan harga Rp 5.000 saja maka kalau 0,5 ton saja bisa bisa dapat kelebihan sekitar Rp 2,5 jutaan,” bebernya.
Sementara itu, Categorial Manager Corteva Agriscience, Dwi Priyo Prabowo menambahkan, inovasi produk fokus pada penggunaan di awal tanam. Karena dengan aplikasi di awal ada potensi untuk tanaman itu dapat berkembang lebih baik karena bebas dari serangan hama.
“Potensi untuk memberikan perlindungan terhadap 1 sampai dengan 2 malai, sehingga dengan adanya Deladaxin dari hasil yang diperoleh adalah 1 sampai 2 malai lebih banyak,” ujarnya, seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.
Dijelaskan, untuk hasil panen bisa lebih banyak tujuh hingga 10 persen dibandngkan dengan menggunakan produk lainnya. Adapun pemakaian produk ini hanya dilakukan satu kali musim tanam, yakni di usia padi 21 hingga 28 hari.
Sementara itu, menurut Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecanatan Juwiring, Dwiyanto mengatakan selain hama wereng dan sundep, saat ini yang menjadi keluhan petani adalah serangan hama tikus.
“Kalau hama wereng saat awal musim tanam kalau sundep saat ini lebih bisa dikendalikan karena cuaca panas. Saat ini yang merajalela adalah hama tikus,” tukasnya. Suhamdani