Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Kuliner Antimainstream: Tetelan Karangan alias Rumput Laut, Dimasak Bareng Semut Rangrang Bikin Gurih Kenyal Tidak Amis

Tetelan karangan

Tetelan karangan. Foto : istimewa

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bagi Anda yang mencari kuliner antimainstream, jangan lewatkan tetelan karangan yang satu ini. Makanan khas Paranggupito Wonogiri, ini terbuat dari rumput laut yang dimasak bersama semut rangrang.

Widi dan Dias, warga Dusun Kajor Desa Sambiharjo Kecamatan Paranggupito Wonogiri, adalah salah satu penjual tetelan karangan. Mereka mengatakan, makanan ini sudah ada sejak lama dan digemari oleh masyarakat sekitar.

“Rasanya gurih kenyal dan cocok dijadikan lauk sambil menyantap nasi hangat dan sambal bawang,” kata Widi kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Jumat (8/9/2023).

Widi membeberkan karangan adalah sebutan masyarakat Paranggupito Wonogiri untuk rumput laut. Habitatnya yang berada di sekitar batu karanglah yang menjadikan rumput laut dinamai sebagai karangan.

Cara memasak tetelan karangan cukup sederhana. Karangan direbus dengan asam jawa, semut rangrang, blimbing wuluh, bumbu bawang merah bawang putih, kelapa parut, garam, gula, dan penyedap rasa. Setelah air agak mengering, tetelan diangkat dan dicetak.

Penggunaan semut rangrang bertujuan untuk membuat karangan empuk. Sementara itu, asam dan blimbing wuluh digunakan untuk menghilangkan amis air laut.

Widi mengatakan, ada beberapa jenis karangan yang bisa digunakan untuk membuat tetelan. Jenis karangan yang paling umum digunakan adalah kinjeng.

“Karang kinjeng memiliki tekstur yang lebih kenyal dan rasanya lebih gurih,” kata Widi.

Widi dan Dias menjual tetelan karangan dengan harga Rp3.000 per biji. Selain itu, mereka juga menjual karangan dalam bentuk mentah basah seharga Rp4.000 per plastik dan karangan kering seharga Rp2.000 per kilogram.

“Kami sering menerima pesanan tetelan karangan baik mentah maupun matang,” kata Dias.

Tetelan karangan matang bisa bertahan beberapa hari dalam kulkas.

Untuk diketahui ada sejumlah jenis karangan di pantai Paranggupito Wonogiri. Urutan jenis karangan berdasarkan habitatnya dari pinggir laut ke tengah sebagai berikut, yang pertama grendel (ranten), kedua kinjeng, kemudian ada karangan agar merah, lantas agar hijau.

Hanya saja karangan baru bisa dipanen saat kemarau atau air susut. Pasalnya untuk mengambil karangan mesti menyeberang pantai dan menuruni tebing curam. Sangat beresiko jika memaksakan diri mengambil karangan saat air pasang.

Selama ini ayahnya mencari karangan tak jauh dari muara sumber air Banyutowo Paranggupito, tepatnya di kawasan Watu Miring Ngeblakan.

Bagi Anda yang penasaran dengan sensasi kuliner antimainstream ini, bisa langsung datang ke Paranggupito Wonogiri. Aris Arianto

Exit mobile version