JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sejarah masa lalu memang tidak mudah untuk dilupakan. Hal itu termasuk sejarah hubungan antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Megawati Soekarnoputri, yang pernah tidak baik-baik saja.
Latar belakang hubungan tersebut, menurut Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro dijadikan argumentasi mengenai kecilnya kemungkinan Partai Demokrat mengarahkan dukungannya untuk Ganjar Pranowo, usai menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Menurut Agung, jika Demokrat akhirnya mendukung Ganjar, maka hal itu akan sangat berisiko bagi partai berlogo bintang mercy itu, lantaran bisa menggerus basisnya yang sudah memilih jalan oposisi.
“Secara institusional peluang Demokrat merapat ke PDIP mengemuka setelah keluar dari KPP, walaupun beresiko menggerus basis massa laten mereka yang selama ini memilih jalan oposisi,” kata Agung kepada Tribunnews.com, Senin (11/9/2023).
“Sehingga manuver mendekat ke PDIP bisa diibaratkan dua sisi keping logam. Punya efek insentif dan disinsentif elektoral bila tak diarahkan dalam format koalisi yang jelas dan setara,” sambungnya.
Terlebih, Agung menjelaskan Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memiliki masa lalu yang kurang baik jelang Pemilu 2004.
Sehingga, dia menilai Demokrat lebih punya peluang untuk bergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) mendukung Prabowo Subianto.
“Secara personal, harus diakui Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat (SBY) memiliki hubungan yang lebih baik dengan Ketua Umum Gerindra, Prabowo ketimbang Ketua Umum PDIP, Megawati karena ada kisah masa lalu jelang Pemilu 2004 yang tak tuntas,” ujarnya.
Selain itu, Agung menjelaskan di KIM lebih membuat Demokrat leluasa bergerak walaupun tak lagi dalam narasi utuh perubahan.
“Karena di KIM komunikasi politik lebih cair dan organik ketimbang yang selama ini tampak di Koalisi PDIP,” imbuhnya.