Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Uniknya Tradisi Kenduri Udan Dawet di Desa Banyuanyar Boyolali, Ada Gunungan Hasil Bumi dan Dawet Setinggi 1,8 Meter

Ritual kenduri udan dawet digelar warga Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Jumat (29/10/2023). Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Ritual kenduri udan dawet digelar warga Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Jumat (29/10/2023). Tradisi turun- temurun yang sudah berlangsung ratusan tahun ini berlangsung meriah.

Riual kenduri diawali dengan kirab gunungan. Yaitu, gunungan tumpeng rasulan, tenongan jajanan pasar, gunungan hasil bumi setinggi 1,8 meter dan gunungan dawet setinggi 1,8 meter. Kemudian diikuti kirab tenongan bulat oleh para warga.

Bahkan, sebagian warga membawa tampah berisi ingkung ayam jawa, lengkap dengan nasi dan makanan pendukung. Kirab berawal dari Masjid An-Nur Dukuh Bunder, Desa Banyuanyar dibawa ke Sendang Manderejo sejauh 250 meter. Barusan menarik karena para peserta memakai pakaian adat.

Sesampai di sendang, warga duduk bersama di dekat mata air. Kemudian dilanjutkan doa bersama yang dipimpin tokoh masyarakat setempat. Baru berlanjut dengan tradisi udan buyut. Yakni menyiramkan minuman dawet ke dalam sendang Manderejo yang dilakukan tiga sesepuh dari tiga dukuh.

Setelah itu, warga berebut dawet yang terdapat di gunungan. Acara diakhiri dengan makan bersama. Seluruh nasi dan lauk pauk, berupa ingkung ayam jawa, kerupuk dan sambal goreng serta minuman dawet dibagikan merata ke seluruh warga.

Menurut Kadus 2 Desa Banyuanyar, Suyamto, kenduri udan dawet ini merupakan tradisi turun- temurun. Tradisi ini bertujuan untuk meminta hujan pada Yang Maha Kuasa karena telah memasuki mongso tandur atau masa tanam.
Yakni masa tanam palawija seperti jahe, kopi, jagung dan lainnya.

Tradisi berumur ratusan tahun itu terus digelar tiap tahunnya. ”Bagi kami, hujan adalah air sebagai sumber penghidupan. Dan desa ini namanya Banyuanyar, (Air baru) harapannya selalu datang air baru yang membawa berkah dan bisa dimanfaatkan warga,” katanya.

Pihaknya juga berharap acara tradisi ini bisa menarik wisatawan, sekaligus mendukung pengembangan Desa Wisata Banyuanyar. Apalagi, baru saja, Desa Banyuanyar keluar sebagai juara III Desa Wisata se- Jateng.

Salah satu warga, Kamto mengaku senang dengan adanya tradisi ini. “Senang banget. Dari kemarin, ibu- ibu sudah sibuk memasak buat hari ini. Baik ayam ingkungnya maupun dawetnya. Memang lelah, tapi senang, bisa berbagi dan makan bersama-sama.”

Apalagi, ritual tersebut adalah tradisi turun temurun sejak lama yang masih dilestarikan hingga kini. Dia berharap setelah menggelar acara ini bisa mendatangkan berkah bagi seluruh warga desa. Baik rezeki, kesehatan dan berkah melimpah. Waskita

Exit mobile version