Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Bermula dari Coba-coba, Pasutri Asal Boyolali Ini Kini Sukses Raup Cuan dari Degan Jeli

Pasangan suami-istri (Pasutri) Novia Karmiama (35), dan Muhammad Nur (37) asal Boyolali Kota berhasil mengembangkan olahan kelapa muda atau degan jeli. Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM -– Pasangan suami-istri (Pasutri) Novia Karmiama (35), dan Muhammad Nur (37) asal Boyolali Kota berhasil mengembangkan olahan kelapa muda atau degan jeli. Omzetnya kini mencapai Rp 10 juta/ bulan.

Bisnis coconut thumb ala Thailand ini baru dijalani sejak tiga bulan terakhir. Produksi degan jeli dan thumb praktis itu hanya dilakukan di dapur rumah mereka di Perumahan Bhayangkara, Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali Kota. Pesanan pun kini terus membanjir.

Menurut Novia, usaha tersebut bermula saat dia jajan di salah satu resto di Solo. Dia mencoba degan jeli, rasanya kok enak. Saat tanya, ternyata produk dari Banyuwangi. Mereka pun lalu sepakat untuk mencoba membuatnya.

“Ayok bunda kita coba, trial dulu,” ujar Novia menirukan ucapan sang suami pada Selasa (3/10/2023).

Ternyata butuh beberapa kali percobaan sebelum mereka berhasil. Tak terhitung berapa butir degan yang habis. Dia juga membagikan ke teman-temannya agar dicicipi dan dimintai komentarnya. Hingga kemudian tercipta rasa yang pas dilidah.
Lalu bentuk degan utuh didapat saat liburan ke Bali.

Saat itu dia beli degan dengan sajian kelapa kupas utuh. Ide menggabungkan dua konsep itu berjalan. Termasuk upaya agar kulit kelapa kupas itu tetap segar.

Amit, sapaan akrab Muhammad Nur pun sempat memperagakan cara pembuatan degan jeli tersebut. Awalnya, degan dikupas dengan dengan mesin pengupas. Setelahnya, kulit degan itu dirapikan dan direndam air selama 15 menit agar warna kulit tak berubah.

Setelah itu, bagian atas degan dibuka dan airnya ditaruh dalam ember. Air degan itulah yang akan diolah menjadi jeli. Kini sehari bisa produksi sampai 50- 80 biji perhari. Tiap resto meminta kiriman dari 30 – 100 biji perminggunya. Sedangkan degan disuplai dari Kebumen dan Magelang.

“Meski ketahanan tujuh hari, tapi Alhamdulillah, sebelum itu sudah habis,” katanya.

Kini dia pun cukup repot juga memenuhi permintaan pelanggan, sehingga berencana menambah tenaga untuk membantu proses produksi. Untuk harganya, degan jeli Rp 18 ribu – Rp 20 ribu. Dia juga membuat variasi jeli buah yang dijual lebih mahal, Rp 25 ribu/ buah.

Hanya saja, jika degan jeli dan thumb bisa tahan tujuh hari, degan buah utuh hanya tahan dua hari saja. Kemudian, sisa air degan dibuat untuk infuse water. “Dikemas botol dengan isian lemon dan daun mint yang ditanamnya sendiri. Untuk limbah kulit degannya, diambil perajin batu bata,” tandasnya.

Produksi degan jeli itu dimulai awal Juli. Saat pertama kali, degan jeli buatannya, dia titipkan ke salah satu resto milik temannya di Selo. Ternyata, banyak peminatnya. Kini, dia sudah menyetor ke enam resto dan kafe lainnya. Waskita

Exit mobile version