Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Ekskavasi Situs Candi Watugenuk Boyolali, Tim Temukan Lingga Pathok dan Anak Tangga

Proses ekskavasi keempat situs Candi Watugenuk di Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Kamis (26/10/2023). Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Upaya tim ekskavasi keempat situs Candi Watugenuk di Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo membuahkan hasil positif. Ya, memasuki hari kesepuluh, berhasil menampakkan batuan penting candi tersebut.

“Ini menjadi temuan penting,” ujar Kusworo Rahadyan, pegiat sejarah Boyolali Heritage Society (BHS) yang turut serta mendampingi kegiatan eksvakasi, Kamis (26/10/2023).

Dijelaskan, ekskavasi berhasil memperlihatkan sejumlah batu candi yang semua terkubur tanah. Antara lain, Lingga Pathok yang termasuk unik dalam bangunan candi.

Menurut dia, sangat jarang ada candi yang memiliki Lingga untuk menandai batas wilayah candi itu. Biasanya lingga ini hanya ada di bagian utama candi atau di candi Perwara atau candi yang lebih kecil disekitar candi utama.

“Ditemukan pula anak tangga menuju candi induk dan batu pipih tangga. Diujung batu pipih ini juga ada batu berbentuk Kala yang merupakan hiasan,” katanya.

Ditambahkan, saat ekskavasi untuk penelitan tahun lalu telah ditemukan Makara untuk candi Perwara. Makara itu biasa ada dalam sebuah bagunan candi yang terletak dibagian puntuk masuk. Untuk itu, pihaknya berharap bisa menemukan akara candi induk.

Diakui, kegiatan eksvakasi yang difokuskan pada pengupasan tanah masih akan berlangsung. Kegiatan pengupasan tanah menggunakan begu mini.

“Namun setelah ditemukan artefak atau batu candi, pengupasan dilakukan secara manual. Sehingga tidak merusak batuan candi,” katanya.

Disinggung tentang temuan pecahana batu candi berbagai ukuran, pihaknya tidak bisa memastikan penyebabnya. Nenurut Kusworo ada dua kemungkinan. Bisa jadi pecahan batu kecil ini merupakan pecahan batu saat proses pembuatan candi.

“Bisa jadi proses pembuatan candi itu ya langsung ditempat ini,” terangnya.

Bisa pula karena batu bangunan candi sengaja dipecah oleh masyarakat terdahulu. “Ada yang membutuhkan batu untuk kebutuhan. Terus batu dipecah atau bagaimana, kita juga tidak tahu,” pungkasnya. Waskita

Exit mobile version