Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Jadi Lumbung Padi, Produksi Beras di Boyolali Malah Anjlok, Apa Penyebabnya?

Petani DesaJembungan, Kecamatan Banyudono bersama jajaran Dinas Pertanian (Dispertan) Boyolali menggelar gerakan penyemprotan bersama di areal persawahan desa setempat, Kamis (21/9/2023). Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM -– Produksi beras di Kabupaten Boyolali per Agustus lalu anjlok, bahkan terjadi defisit. Dari kebutuhan beras sebanyak 10.042 ton, produksi beras bersih pada bulan tersebut hanya tercatat sebanyak 5.967 ton.

“Ini sesuai perhitungan jumlah penduduk dan perhitungan kebutuhan beras dari BPS. Jadi, produksi beras mengalami defisit hingga 4.075 ton. Namun untuk per-September masih dalam perhitungan,” kata Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Boyolali, Joko Suhartono pada Selasa (3/10/2023).

Diungkapkan, per-Agustus, sebanyak 1.817 hektare lahan tanam dan 1.813 hektare lahan yang panen padi. Produktivitas menyentuh 5,735 ton gabah per hektare. Dari luas 1.813 hektar itu, produksi Gabag Kering Giling (GKG) mencapai 10.398 ton atau 5.967 ton beras

Dijelaskan, kondisi tersebut akibat fenomena El- Nino. Dimana trejadi kemarau panjang yang mengakibatkan pasokan air bagi areal persawahan berkurang. Dampaknya terasa pada berkurangnya luas lahan yang menanam padi.

“Seperti lahan pertanian di kawasan radah hujan di wilayah Boyolali utara. Praktis hampir semua lahan tadah hujan menjadi bero,” katanya

Imbasnya, produktivitas beras ikut menyusut. Dan produksi gabah kering giling (GKG) per Agustus pun mengalami defisit. Meski demikian, kondisi ini tak langsung membuat Boyolali kekurangan beras.

“Karena masih ada cadangan sisa panen raya Februari dan Juni,” katanya.

Disebutkan, cadangan pangan ada gudang gabah di Kecamatan Teras yang dikelola Dinas Ketahanan Pangan (DKP). Selain itu, di penggilingan-penggilingan juga masih ada gabah sisa panen raya.

“Data memang dilaporkan perbulan, tiap tanggal 5. Masih aman,” terangnya.

Terpisah Kepala DKP Boyolali, Bambang Jiyanto mengatakan, untuk cadangan pangan, tetap menyesuaikan kemampuan diri. Terutama perawatan beras di gudang itu sendiri. Pasalnya, untuk menyimpan beras dalam jumlah besar, butuh tempat dan perawatan khusus.

“Kalau cadangan pangan yang punyanya pemerintah memang hanya sedikit. Kalau kami menyimpan banyak terus rusak malah gak jadi cadangan,” katanya

Dia menjelaskan, cadangan beras yang ada bisa menjadi opsi lain untuk bantuan kepada masyarakat. Stok beras dapat dijual dengan harga dibawah harga eceran. Bahkan, pihaknya siap mensubsidi transportasi dan pengemasan.

“Sasarannya bisa untuk masyarakat umum. Hanya saja, jumlahnya dibatasi,” tandasnya. Waskita

Exit mobile version