Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Mengenal Batik Wonogiren, Bermotif Bledak Ada Corak Guratan Pecah pecahnya

Aneka motif batik Wonogiren.

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Salah satu latar belakangnya adalah banyaknya motif maupun corak batik di Nusantara.

Nah, dari sekian banyak motif dan corak, ada yang cukup unik, yakni batik Wonogiren. Pada sapuan batik Wonogiren ada motif bledak dan corak guratan pecah pecahnya.

Batik Wonogiren dibuat dengan cara konvensional. Dengan kata lain batik Wonogiren merupakan batik tulis alias tulis tangan.

Salah satu pembuat batik Wonogiren adalah keluarga Sri Purwanto dari TSP Batik Wonogiren. Dia berharap perhatian paguyuban batik akan mengangkat pamor batik Wonogiren dengan corak khasnya.

“Ciri batik Wonogiren itu ada empat. Yaitu dasaran jene atau kuning kecoklatan, motif biasanya sekaran atau bunga, coraknya bledak, dan yang unik ada babaran (guratan) pecah atau remukan,” ujar Sri Purwanto beberapa waktu lalu.

Menurut dia, babaran pecah awalnya sebenarnya merupakan hasil proses pembatikan yang cacat. Namun karena bentuknya yang acak dan tak sama, hal itu justru terlihat unik dan menarik.

Melansir informasi dari Pemkab Wonogiri ciri batik Wonogiren telah dibakukan. Yakni melalui Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 431/03/501/1993.

Kekhasan batik Wonogiri menyedot perhatian paguyuban Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad. Sebuah paguyuban yang sangat getol mengenalkan pemakaian batik hingga UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia. Paguyuban tersebut pula yang memperjuangkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Batik Kerajinan Tangan Dunia.

Paguyuban Sekar Jagad tak cuma berkunjung, mereka juga memperkenalkan batik Wonogiren ke kancah dunia.

Kala itu Ketua Umum Paguyuban Pecinta Batik Indonesia Sekar Jagad, Larasati Suliantoro Sulaiman menyebutkan ketertarikan paguyuban terhadap batik Wonogiren, bukan tanpa sebab. Batik khas Wonogiri itu memiliki keunikan tersendiri yang tidak ditemukan di motif batik lainnya.

Salah satunya terdapat corak guratan pecah atau remukan yang dipastikan berbeda-beda di setiap motif batik Wonogiren.

“Harganya juga sangat merakyat. Bayangkan batik tulis 100 persen karya tangan manusia dihargai hanya Rp 250 ribu. Tapi kualitasnya sangat bagus, setara dengan baju desainer kondang seharga jutaan rupiah. Ini akan saya pakai dalam acara-acara resepsi, tingkat dunia sekalipun,” sebut Larasati.

Pihaknya berpesan pelaku usaha batik Wonogiren untuk tetap mempertahankan ciri yang dimiliki. Silahkan saja melakukan modifikasi dan pengembangan namun tidak meninggalkan corak aslinya. Aris Arianto

Exit mobile version