Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Prodi S-1 Farmasi UNS Edukasi Mengenai Membangun Kepercayaan pada Produk Jamu Melalui Identifikasi Kebenaran Bahan Baku

Tim Active Pharmaceutical Discovery and Development (APDD) Prodi S-1 Farmasi UNS saat memberikan edukasi mengenai identifikasi keaslian dan kebenaran bahan baku jamu tradisional di PT Rachmasari Group, Sukoharjo | Foto: Istimewa

SUKOHARJO, JOGLOSEMARNEWS.COM Di era modern ini, penggunaan jamu tradisional, baik yang diracik secara tradisional maupun melalui pabrikan semakin meningkat.

Fenomena tersebut tidak menutup kemungkinan membuka potensi adanya praktik pemalsuan (addulteration) dalam pembuatan jamu, yang dikhawatirkan bisa merugikan pengguna.

Merujuk pada kondisi tersebut, Program Studi S-1 Farmasi UNS Surakarta mengadakan penyuluhan terhadap Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) di Kabupaten Sukoharjo, khususnya di PT Rachmasari Group, Sukoharjo.

Dr. rer.nat Saptono Hadi, M.Si selaku Ketua tim Active Pharmaceutical Discovery and Development (APDD) UNS menjelaskan, di balik pesona kesehatan yang ditawarkan belakangan ini, ada perhatian serius tentang potensi pemalsuan kesalahan bahan baku obat tradisional.

“Jadi peyuluhan ini bertujuan untuk memastikan jaminan kualitas produk jamu yang dihasilkan, demi menjaga kualitas dan demi kesehatan masyarakat,” paparnya, seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.

Inilah jamu tradisional produk PT Rachmasari Group yang digunakan sebagai sampel dalam edukasi identifikasi keaslian bahan baku oleh tim Active Pharmaceutical Discovery and Development (APDD) Prodi S-1 Farmasi UNS | Foto: Istimewa

Saptono menjelaskan, addulteration  atau biasa disebut adulterasi adalah praktik tidak jujur berupa penambahan atau penggantian bahan baku yang sebenarnya dengan bahan yang lebih murah atau tidak sesuai.

Secara teknis, dijelaskan Saptono, kegiatan tersebut difokuskan pada bagaimana cara mengidentifikasi kebenaran bahan baku jamu.

Bahan baku yang dipilih untuk dijadikan contoh identifikasi yaitu simplisia kunyit, temulawak dan produk jadi kapsul herbal kombinasi kunyit-temulawak.

Salah satu metode yang digunakan dalam identifikasi tersebut adalah Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Metode itu merupakan metode yang cepat, murah dan mudah diaplikasikan oleh UKOT.

Saptono menjelaskan, teknik tersebut secara kualitatif dengan mudah mengkonfirmasi apakah sampel tersebut adalah benar merupakan kunyit/temulawak.

“Hasil identifikasi yang dilakukan menunjukkan bahwa ketiga sampel tersebut memiliki nilai Rf yang identik dengan standar kurkuminoid,” ungkapnya.

Hasil itu menunjukkan bahwa ketiga sampel tersebut positif mengandung kurkuminoid, senyawa yang memberikan warna kuning pada kunyit dan temulawak.

Dengan demikian, menurut Saptono, kegiatan edukasi dan praktik tersebut memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi pelaku UMKM bahwa tahap awal penerimaan bahan baku di industri obat tradisional memegang peranan penting dalam menjamin mutu produk yang berkorelasi dengan aktivitas farmakologinya.

“Hasil ini memvalidasi penggunaan KLT sebagai metode identifikasi bahan baku pada obat tradisional,” bebernya.

Pengabdian yang dilakukan oleh tim APDD UNS tersebut, jelas Saptono, merupakan contoh nyata bagaimana akademisi dapat berkontribusi pada UMKM melalui pemastian jaminan mutu dan kualitas produk jamu tradisional.

Dengan identifikasi bahan baku yang akurat, PT Rachmasari Group dapat terus menghasilkan produk berkualitas tinggi dan mempertahankan kepercayaan konsumen terhadap warisan jamu tradisional Indonesia.

Saptono mengatakan, keberlanjutan kegiatan semacam itu perlu diintegrasikan dalam kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi.

Sehingga dengan demikian, bisa mendorong pengembangan obat tradisional dan memberi dampak nyata untuk meningkatkan standar dan keamanan produk, khususnya UMKM yang banyak tersebar di Solo Raya.

“Kegiatan ini juga tidak telepas dari pelibatan mahasiswa. Ini sebagai upaya memberikan pengalaman nyata bagi mahasiswa di dunia industri dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi UMKM,”  jelasnya.  Redaksi

Exit mobile version