JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Iriana Joko Widodo (Jokowi) dikabarkan menjadi sosok di balik pencalonan anaknya, Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (Cawapres) mendampingi Prabowo Subianto.
Mengenai hal itu, Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Nusron Wahid tak membenarkan maupun menampik informasi tersebut.
Ia justru memberikan jawaban mengambang.
“Ya enggak mungkin namanya anaknya maju enggak didukung. Anaknya maju pasti ibunya mendukung, mendoakan, merestui. Ya pastilah,” kata Nusron kepada wartawan di Gelora Bung Karno, Minggu (19/11/2023).
Menurut Nusron, seorang anak pasti meminta restu akan langkah yang hendak ditempuh kepada ibunya, termasuk langkah politik.
Meski demikian, Nusron tak menjawab secara gamblang mengenai Iriana yang disebut cawe-cawe untuk mengusung Gibran sebagai cawapres.
“Namanya anak sama ibu. Anaknya pasti minta restu. Kalau anaknya enggak direstui ibunya enggak mungkin mau jalan, itu namanya anak durhaka. Kamu jadi wartawan saja kalau tak direstui dan didukung ibunya enggak mungkin kamu jadi wartawan,” kata dia.
Sebagaimana dilansir dari Majalah Tempo edisi Minggu (19/11/2023), Iriana membincangkan kepada keluarga besarnya untuk mendukung dan memilih Gibran sebagai Cawapres. Baik di Solo maupun Yogyakarta, Iriana mewanti-wanti keluarga besarnya agar semua mendukung Gibran.
“Kan tak ada jalan yang tertutup mengapa harus dibuka jalannya. Usia (proses di MK) sudah selesai, apa urusannya begitu. Saya juga tak bisa menanggapi katanya, katanya tukang becak, kan tak selesai-selesai kalau katanya terus,” ujar Nusron menjawab pertanyaan wartawan soal Iriana membuka jalan pencalonan Gibran, termasuk proses batas usia di Mahkamah Konstitusi.
Nusron mengatakan, jika berpolitik sebaiknya menggunakan instrumen fakta, bukan dengan rumor semata. Acuannya, kata dia, hukum dan fakta hukum, bukan sekadar rumpi.
“Kalau berdasarkan rumor ya mohon maaf tak ada bedanya dengan rumpi-rumpi di pinggir jalan. Kan tak boleh,” kata dia.
Langkah Iriana disebut-sebut berawal dari perlakuan PDIP ke suaminya Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dinilai kurang baik. Misalnya pada 10 Januari 2023, di depan khalayak ramai Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dinilai merendahkan Jokowi.
“Pak Jokowi, kalau enggak ada PDI Perjuangan, aduh, kasian, dah,” kata Megawati diikuti gelak tawa dan tepuk tangan.