KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM — Kematian pesilat Wildan Ahmad (15) warga Manggung Rt04/08, Cangakan, Karanganyar, Jateng berbuntut panjang. Pihak keluarga mendapatkan informasi terkait kronologi kematian korban. Penyebab kematian korban diduga ditendangi oleh rombongan pesilat karena korban gagal mencari murid baru sebanyak 20 orang.
Tak pelak guna pengusutan itu keluarga memilih dilakukan otopsi dan hingga berita ini diturunkan proses otopsi di RS Moewardi Solo masih berlangsung. Saat ini keluarga sedang menunggu hasil otopsi.
Salah satu Bibi korban yakni Ari (35) mengatakan pihak keluarga sudah mendapatkan laporan detail perihal kronologi kematian Wildan Ahmad yakni diduga ditendangi oleh sejumlah pesilat lainnya saat dimintai keterangan perihal tugas untuk mencari murid baru. Saat itu korban gagal mencari murid baru yang dipatok setiap pelatih harus bisa membawa sebanyak 20 orang siswa baru.
“Karena asik saya tidak bisa mencari siswa baru maka disidang oleh sejumlah senior pesilat lainnya dan diduga ditendangi hingga Wildan Ahmad merasakan kesakitan,” ungkap Ari kepada wartawan yang menemui dirumah duka, Senin (27/11/2023).
Setelah itu pada posisi kesakitan lanjut Ari, korban istirahat agak menjauh dari TKP saat diduga ditendangi tersebut dan wajahnya pucat. Saat itu Minggu (26/11/2023) sedang berlangsung latihan di SD Cangakan 02 yang letaknya tidak jauh dari rumah korban.
“Saat itu Minggu (26/12/2023) ada warga datang kerumah mengabari bahwa Wildan Ahmad kesakitan berada di Area SD Cangakan 02 lalu keluarga mendatangi korban dan dibawa ke RSUD Karanganyar tapi sayang tidak tertolong nyawanya,” tandas Ari.
Untuk itulah Ari meminta polisi segera mengusut tuntas terduga pelaku yang diduga menendangi korban hingga kesakitan berujung meninggal dunia.
Sementara itu ayah korban Suparno (60) mengaku sangat terpukul atas kematian anaknya. “Kita tunggu dulu hasil otopsi seperti apa agar kasus ini jadi pelajaran semuanya,” ungkap Suparno.
Sementara itu Kapolres Karanganyar AKBP Jerrold Hendra Yosef Kumontoy melalui Kasi Humas AKP Imam mengatakan sudah mengamankan tiga orang terduga pelaku. Sedangkan dua terduga pelaku lainnya dalam pencarian.
“Setelah meminta keterangan saksi dan olah tempat kejadian perkara (TKP) polisi berhasil mengamankan tiga terduga pelaku,” ungkap AKP Imam kepada wartawan.
Menurut AKP Imam korban dianiaya karena tidak mendapatkan siswa baru sehingga dihukum oleh seniornya. “Nama hukuman nya doweran atau sejenis hukuman fisik yang mana korban diminta posisi kuda kuda ambil napas kemudian dipukul dan tendang oleh seniornya namun kali ini diduga terkena ulu hati hingga mengkibatkan Kematian ,” pungkas AKP Imam. Beni Indra