Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Mengenang Cak Diqin,  Jelang Wafat Ikrarkan Dirinya Konsisten Sebagai Artis Pendukung Campursari (1-Bersambung)

Cak Diqin / Tribunnews

KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM -Seminggu lalu, artis  sekaligus pencipta lagu campursari Cak Diqin meningal dunia. Namun ada satu hal penting yang Cak Diqin sampaikan kepada publik, bahwa di tengah maraknya perkembangan musik yang tak terhitung berapa banyak genrenya, Cak Diqin tetap mendeklarasikan diri sebagai artis pendukung setia musik campursari, dan bukan musik yang lain.

Penegasan artis yang akrab disapa Diqin itu disampaikan pada saat Konferensi Pers jelang pementasan terakhir kalinya sebelum meninggal dunia, yakni saat Konser bertajuk  Endahnya Campursari yang diinisiasi artis campursari  Endah Laras di Gedung Kebudayaan Karanganyar pada 31 Oktober tahun ini.

Sedangkan konferensi pers digelar seminggu sebelumnya di Pendopo RM Said Rumah Dinas Bupati Karanganyar.

Saat itu konferensi pers hadir Endah Laras, Diqin serta perwakilan dari orkes campur sari Sangga Buana dan perwakilan dari orkestra yang akan berkolaborasi pada konser 31 Oktober tersebut.

Di hadapan wartawan, Diqin menjelaskan spesifik mengapa dirinya tetap konsisten di jalur musik campursari di tengah pertumbuhan musik lainnya seperti dangdut Jawa yang belakangan ngetren menghiasi era kaum milenial.

“Bagi kami aliran musik campursari itu tegas jelas yakni perkawinan antara musik diatonis dengan musik pentatonis,” ujarnya.

Pada kamus musik disebutkan,  tangga nada diatonis adalah yang memiliki tujuh nada dari Do Re Mi FA Sol La Si Do atau lazimnya disebut musik yang berbasis dari nada konvensional seperti yang ada pada alat musik international yakni keyboard, organ dan sejenisnya.

Sedangkan musik pentatonis adalah musik dengan lima tangga nada atau yang lazim pada alat musik tradisional seperti gamelan.

Dari asal usulnya saja,  menurut Diqin,  komposisi musik campursari sangat jelas dan nikmat karena merupakan perkawinan nada tradisional dengan nada international.

“Itulah musik campursari yang mana ruhnya jelas serta nikmat dan tidak didapati pada musik yang lainnya maka saya tegaskan saya ini tetap konsisten dengan campursari sampai kapanpun,” ungkap Diqin pada waktu konferensi pers tersebut.

Lebih lanjut Diqin menegaskan, Campursari jauh berbeda dengan dangdut Jawa yang mana pada aliran dangdut Jawa itu berkembang hingga puluhan variasi. Meskipun pada dangdut jawa tersebut juga membuka ruang dengan memasukkan instrumen musik seperti Saxaphone dan instrumen lainnya.

Menurut Diqin secara spesifik didalam campursari sangat kental melekat warna gamelan bersanding (pentatonis) dengan instrumen diatonis.

“Ini soal taste (rasa) yang sangat jauh beda antara campursari dan musik yang semirip maka campursari itu tak bisa dibandingkan karena didalamnya campursari itu terdapat kenikmatan tersendiri,” tegas Diqin.  Beni Indra

Exit mobile version