Site icon JOGLOSEMAR NEWS

BKKBN Jateng Gandeng Media untuk Sosialisasi Percepatan Penanganan Stunting

Ketua PWI Surakarta, Anas Syahirul saat memandu diskusi percepatan penanganan stunting yang digelar oleh BKKBN Jateng. Foto: JS Tria

 

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Tengah mengungkap angka stunting di Provinsi Jateng telah mengalami penurunan. Namun penurunan tersebut masih diakui terlalu kecil.

Terkait hal itu, BKKBN Provinsi Jawa Tengah menggandeng media untuk menyosialisasikan upaya penurunan stunting oleh pemerintah. Hal itu dilakukan lewat kegiatan roadshow Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Melalui Penguatan Sinergitas Pemerintah dan Media yang diadakan pekan ini, di Solo.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Eka Sulistia Ediningsih menuturkan, angka stunting pada tahun 2021 di Jawa Tengah 20,9 persen. Angka tersebut turun pada tahun 2022 turun menjadi 20,8 persen.

“Terjadi penurunan (angka stunting) 0,1 persen. Mengacu pada Peraturan Presiden (PP) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, maksimum penurunan pada tahun 2024 menjadi 14 persen. Sehingga Jawa Tengah masih punya pekerjaan rumah (PR) untuk menurunkan angka stunting sebesar 6 persen hingga tahun 2024,” ujarnya.

Eka menambahkan, salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka stunting yakni dengan menurunkan tim pendamping keluarga berisiko stunting. Di Jawa Tengah sendiri ada sebanyak 27.000 tim pendamping keluarga berisiko stunting dimana satu timnya terdiri atas tiga orang.

“Mereka ini tugasnya mendampingi keluarga berisiko stunting yang jumlahnya 1,6 juta keluarga. Artinya pemerintah sudah sedemikian rupa untuk melakukan penataan program penanganan stunting,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Perum LKBN ANTARA Biro Jawa Tengah Teguh Imam Wibowo menambahkan, isu tentang stunting harus tetap dikawal meski tahun depan ada agenda besar Pemilu 2024. Dalam pencegahan stunting, lanjutnya, perlu mengubah perilaku.

“Membentuk perilaku tidak gampang, misalnya mengubah perilaku orang tua. Namun jika tidak segera dimulai maka akan makin tertinggal,” tukasnya. (Prihatsari)

Exit mobile version