Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Metode Tari Bercerita Tingkatkan Keterampilan  Tari Kreasi

Anik Dwi Sukristyarini, S.Sn | Dok Pribadi

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Seni tari dalam dunia pendidikan mempunyai dampak yang positif, bukan saja bagi upaya pelestarian seni tari, akan tetapi juga untuk kepentingan pendidikan itu sendiri. Pembelajaran seni tari selain untuk mengembangkan apresiasi, juga dapat berfungsi untuk menyaring pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Terkait hal ini, Abdurrachman (Widaryanto, 2009: 14) mengatakan bahwa melalui pembelajaran seni tari siswa diharapkan memiliki kepribadian dan sikap yang sadar akan tata kehidupan dengan nilai-nilai yang indah serta jauh dari sifat-sifat yang merusak.

Tujuan utama yang dicapai dalam pembelajaran seni tari adalah menanamkan kesadaran tari, mengembangkan sikap dan kemampuan kreatif, menghargai seni dan meningkatkan kreativitas. Materi yang diajarkan dalam studi tari hadir dalam bentuk teoretis dan praktis. Guru harus mampu menguasai materi yang diajarkan, menggunakan metode yang tepat, dan mampu memanfaatkan waktu yang tersedia dengan tepat (Ginting, 2014).

Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan faktor internal berupa bakat dan motivasi belajar siswa adalah dengan melaksanakan proses pembelajaran yang menarik, bermakna, dan memberi tantangan pada siswa. Pembelajaran tersebut, menurut Keller (Lumban tobing&Haryanto, 2019) merupakan pembelajaran yang dapat menciptakan empat kondisi yang meliputi attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (kepercayaandiri), dan satisfaction (kepuasan).

Salah satu model pembelajaran seni tari yang dipandang mampu menciptakan empat kondisi seperti attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (kepercayaandiri), dan satisfaction (kepuasan) adalah model pembelajaran Tari Bercerita. Model pembelajaran Tari menggunakan Cerita merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Yuliasma (2020) dari Universitas Negeri Padang.

Model tersebut dikembangkan berdasarkan keprihatinan terhadap pembelajartari di sekolah, karena yang ada selama ini siswa disuruh menghapal gerak tari, dan gerak tersebut tidak dipahami oleh siswa karena tidak terlalu bersentuhan dengan dunia mereka, akibatnya siswa kalau menari hanya sekedar menghapal gerak.

Pemilihan model pembelajaran seni tari dengan model Tari Bercerita ini dipandang sebagai salah satu solusi efektif untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran seni tari. Melalui penerapan model ini maka diharapkan motivasi siswa dalam belajar seni tari akan semakin meningkat yang pada gilirannya dapat meningkatkan ketrampilan menari pada siswa. Hal ini dikarenakan model Tari Bercerita yang digunakan tersebut dipandang mampu memanfaatkan zona proximal development pada siswa.

  1. Pembelajaran Seni Tari

Pelajaran seni tari menurut Abdurachman (Widaryanto, 2009:51) merupakan pembelajaran yang memerlukan aktivitas fisik, penghayatan, dan perasaan dibandingkan pelajaran lainnya. Pada pelajaran seni tari siswa tidak hanya diberikan praktek menari saja, namun juga diberikan teori-teori tentang seni tari yang menunjang pelajaran praktek. Dalam hal ini peran guru sangat diperlukan dalam pembagian materi antara praktek dan teori supaya siswa dalam menerima pelajaran tidak menjadi cepat bosan. Penyampaian bahan teori dalam bentuk tulisan yang didiktekan memungkinkan yang ditulis siswa belum tentu  dimengerti. Siswa akan lebih faham tentang materi yang disampaikan jika guru menerangkannya dengan contoh visual, praktek, gambar, maupun contoh pengalaman siswa.

Menurut Sudarsono (Condronegoro, 2010: 35-36) pembelajaran seni tariakan lebih berhasil jika guru mata pelajaran menerapkan falsafah tari yang disebut Joged Mataram yang di dalamnya terdapat patokan baku yang berhubungandengan kejiwaan dan tata krama. Semua itu jika dipelajari dengan sungguh-sungguh, maka siswa dapat mengendalikan diri dari hal-hal yang kurang baik.

Pembelajaran seni tari bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk (Kemdikbudristek, 2022):

a. Meningkatkan multi kecerdasan, khususnya kinestetik sebagai ungkapan ekspresi, melalui gagasan, perasaan, kreativitas, dan imajinasi yang memiliki nilai estetis dan artistik, kehalusan budi sehingga dapat meningkatkan kemampuan mengontrol dan mengatur tubuh sebagai media untuk mengungkapkan gagasan dengan percaya diri.
b. Mengolah tubuh untuk mengembangkan fleksibilitas, keseimbangan, dan kesadaran diri yang mengasah kreatifitas dan imajinasi untuk diungkapkan melalui gerak tari sebagai bentuk komunikasi yang memiliki keindahan dan artistik.
c. Meningkatkan kepekaan rasa dan nilai estetis, seni, dan budaya tari dalam konteks masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
d. Memahami budaya Indonesia meliputi sejarah dan tari tradisi melalui berbagai sumber daya dan aktivitas seni yang bermakna sebagai pembentukan identitas diri dan bangsa dalam menghargai keberagaman serta pelestarian budaya seni tari Indonesia.
e. Mengembangkan tari tradisi Indonesia dan menyebarluaskannya sebagai usaha menjalin interaksi sosial serta komunikasi antarbudaya dalam konteks global.
f. Menjawab tantangan perkembangan dan perubahan di abad ke-21.

 

Seni tari merupakan pembelajaran berbasis pada kecerdasan kinestetik dengan memperhatikan norma yang erat kaitannya dengan budaya dan pola pikir masyarakat setempat. Melalui seni tari, peserta didik dapat meningkatkan kreativitas dan apresiasi dalam berkarya seni dan dapat memaknai fenomena kehidupan yang diimplementasikan dalam keseharian. Dalam membelajarkan seni tari, dibutuhkan pendekatan berupa elemen-elemen yang saling berkaitan, yaitu mengalami, mencipta, dan refleksi yang bermuara pada berpikir dan bekerja artistik, sehingga berdampak bagi dirinya dan orang lain.

Capaian pembelajaran seni tari dideskripsikan sesuai dengan fase-fase yang telah ditetapkan. Capaian pembelajaran seni tari untuk siswa SMP adalah tipe D yang mencakup sebagai berikut (Kemdikbudristek, 2022):

a. Berpikir dan bekerja artistik (Thinking and working artistically)

Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menunjukkan hasil gerak tari kreasi berdasarkan nilai, jenis, dan fungsi dari tari tradisi dalam berbagai bentuk penyajian baik individu ataupun kelompok menggunakan unsur utama dan pendukung tari.

b. Mengalami (Experiencing)

Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menggali latar belakang nilai, jenis, dan fungsi tari dalam konteks budaya.

c. Menciptakan (Creating)

Pada akhir fase ini, peserta didik mampu membuat gerak tari kreasi yang merefleksikan nilai, jenis, dan fungsi dari tari tradisi dengan mempertimbangkan unsur utama dan pendukung tari.

 

d. Merefleksikan (Reflecting)

Pada akhir fase ini, peserta didik mampu menilai hasil pencapaian karya tari dengan mempraktekkan tari tradisi berdasarkan nilai, jenis, dan fungsi.

e. Berdampak (Impacting)

Pada akhir fase ini, peserta didik mampu mengajak orang lain untuk mencintai dan merasa bangga atas warisan budaya Indonesia, khususnya tari tradisi melalui proses kreatif yang dilakukannya.

  1. Model Tari Bercerita

Model pembelajaran Tari Bercerita merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa membentuk pengetahuan melalui cerita dan mengaplikasikannya ke dalam gerak tari. Siswa diberi tugas-tugas menyusun tari sederhana yang belum pernah dialami namun masih dalam jangkauan pengetahuan dan keterampilannya (zona of proximal development) dan mengembangkan kemampuan gerak yang dimilikinya.

Siswa dibimbing untuk melakukan eksplorasi gerak agar tumbuh kesadaran akan tubuhsebagai media ekspresi, selanjutnya siswa dibantu mengambilan keputusan untuk mengungkapkan gerak pribadinya, sehingga siswa menyadari bahwa menari itu tidak sulit tetapi malah menyenangkan dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Proses seperti ini dapat memupuk rasa percaya diri, aktualisasi, dan kreativitas siswa. (Dahar, 2012: 102).

Penerapan Model Tari Bercerita bertujuan tercapainya suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Model pembelajaran tari menggunakan Tari Bercerita memungkinkan terjadinya komunikasi yang bervariasi dan interaksi secara baik. Keadaan seperti ini akan membantu siswa dalam membangun sendiri kemampuan geraknya dan juga membantu dalam memilih berbagai gerak yang muncul dari tubuhnya.

Langkah pertama yang dilakukan dalam tahap perencanaan pembelajaran Tari Bercerita adalah penyusunan cerita yang akan menjadi dasar dari gerakan tari. Pada tahap ini, guru menyusun cerita tentang aktivitas atau kebiasaan masyarakat di sekiar yang mayoritas mata pencarian penduduknya adalah petani.

Guru menyusun cerita tentang berbagai aktivitas para petani saat sedang mengolah lahan persawahannya. Guru menyusun cerita tentang aktivitas masyarakat petani di mana saat mereka kemalaman pulang dari sawah mereka selalu membawa Suluah kemudian diletakkannya di atas kepalanya, kemudian kedua tangan mereka membawa alat-alat yang mereka pakai saat bertani. Dalam gelapnya malam, Suluah memberikan mereka arah dan penerang untuk meniti pematang sawah. Aktvitas tersebut digambarkan lewat tari.  Cerita tersebut dibuat dalam bentuk gambar berseri yang menggambarkan berbagai aktivitas yang dilakukan para petani tersebut. Langkah berikutnya adalah guru menyusun RPP pembelajaran tari dengan menggunakan cerita. Pada langkah ini guru menyusun skenario pembelajaran dan instrumen penilaian pembelajaran ketrampilan menari.

Model pembelajaran Tari Berceita berlandaskan pada teori Vygotsky (Scaffolding), yang diaplikasikan pada langkah-langkah sebagai berikut: (1)melakukan pemanasan yang bertujuan agar guru dapat melihat kesiapan siswadalam menerima pelajaran serta mengamati sejauhmana kemampuan motorik siswa/karakteristik gerak siswa. Guru tidak memaksa siswa untuk melakukan gerak di luar jangkauan kemampuan tubuhnya; (2) memotivasi siswa dengan cara guru memilih tema cerita yang dekat dengan kehidupan siswa, cerita yang mudah dipahami siswa dan masih dalam jangkuan imajinasi mereka; (3) melakukan eksplorasi, guru mendorong siswa dalam pencarian gerak secara sadar dan membantu mereka dengan memberikan contoh-contoh mulai dari meniru gerak sampai mereka mampu memanipulasinya menjadi indah; (4) menemukan gerak. Proses pecaharian geraksampai menemukan gerak tari memerlukan fikiran yang kuat. Guru memotivasi siswa melalui cerita, kemudian guru membimbing siswa melakukan eksplorasi dan selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil keputusan dalam menentukan gerak pribadinya; (5) menampilkan, siswa menampilkan hasil kreativitas dalam bentuk tarian utuh.

Langkah-langkah tersebut merupakan proses yang harus dilalui siswa, guru memberikan bantuan dari awal sampai siswa mampu mengambil tanggung jawab tugas untuk bekerja secara individu maupun kelompok dalam proses bagaimana meyusun tari sederhana sampai siswa mampu menarikan tari hasil ciptaannya.

Hasil yang diperoleh dari adanya pelaksanaan pembelajaran dengan model Tari Bercerita sebagai penguatan pembelajaran Seni Budaya Tari yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan siswa dalam menerapkan gerak Tari Kreasi adalah bahwa penerapan model Tari Bercerita dapat meningkatkan motivasi ketrampilan siswa dalam menerapkan gerak Tari Kreasi.

Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya ketrampilan siswa dalam menerapkan gerak Tari Kreasi dan banyaknya siswa dengan nilai ketrampilan klasifikasi A (Sangat Baik) dan B (Baik) dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. [*]

Anik Dwi Sukristyarini, S.Sn

Guru Mapel Seni Budaya

SMP Negeri 3 Kartasura-Sukoharjo

Exit mobile version