Beranda Daerah Solo Suara Ganjar di Jateng Anjlok Versi Berbagai Survei, Pengamat: Imbas Pengaruh Jokowi...

Suara Ganjar di Jateng Anjlok Versi Berbagai Survei, Pengamat: Imbas Pengaruh Jokowi Lampaui  PDIP

ilustrasi

SOLO,  JOGLOSEMARNEWS.COM Kantong suara yang diandalkan PDIP untuk memenangkan Capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Jawa Tengah (Jateng) rentan terlepas.

Posisinya kian terjepit, lantaran survei dari berbagai lembaga selama beberapa bulan belakangan  ini, suara Ganjar Pranowo di Kandang Banteng kian menurun.

Pengamat Psikologi Politik Universitas  Sebelas Maret  (UNS) Surakarta, Dr Moh Abdul Hakim mengatakan terjadi perubahan drastis dan massif usai Gibran Rakabuming Raka memutuskan mendampingi Prabowo Subianto sebagai pasangan Capres-Cawapres dalam Pilpres 2024.

Ternyata seiring berjalannya waktu pasangan nomor urut 02 itu mampu mengolaborasi kekuatan masing-masing dalam mencuri simpati publik khususnya di Jateng.

“Ada dua faktor. Efek Jokowi dan sosok Gibran mengamplifiksi. Awalnya, skeptis terhadap Gibran, ternyata dengan caranya sendiri menarik minat masyarakat. Survei elektabilitas Gibran sekarang sangat kuat. Dia punya model komunikasi lokalan seperti ngomong bareng di angkringan. Itu rasa politik masyarakat Jawa Tengah, di mana wilayah ini menjadi battle ground Pilpres 2024,” katanya, seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews, Jumat (5/1/2023).

Sebagaimana siketahui, hasil survei menyebutkan, Ganjar-Mahfud masih 64% pada 2-10 Oktober 2023 versi Indikator. Lalu LSI Denny JA untuk paslon itu turun menjadi 61% pada 6-13 November 2023. Terakhir survei CSIS 13-18 Desember 2023 menghitung Ganjar 43,3%, Prabowo yg dulu 10 persen jadi 36,5 %, sementara Anies 13%.

Baca Juga :  Kubu 02 Laporkan Dugaan Pelanggaran Pilkada 2024, Berupa Bagi-bagi Gas Melon

“Pada Pilpres lalu, mindset politik berbasis aliran terpatahkan karena kemenangan Jokowi yang diusung PDIP, ternyata lebih ke personalisasi. Setelah Jokowi memimpin dua periode, PDIP justru memperkuat basis elektoral dan asosiasi sendiri. Sampai sekarang pengaruh Jokowi lebih kuat, bahkan melebihi PDIP itu sendiri,” katanya.

Ketokohan Gibran membuka tren migrasi dukungan terhadap dirinya di Pilpres nanti, dari kantong-kantong massa kandang banteng Jawa Tengah.

Hakim, sapaan akrabnya, menyebut kecenderungan masyarakat tak mau dibuai drama yang membalut kubu Ganjar.

“PDIP banyak memainkan politik drama. Misalnya insiden kader PDIP Boyolali berkonflik dengan tentara. PDIP (seolah-olah korban loyalitas dan teraniaya). Narasi seperti itu mulai ditinggalkan. Ini mungkin yang membuat PDIP semakin terjepit,” katanya.

Ia juga menyoroti tingginya pemilih bimbang atau undecided voters mencapai 6-7 persen. Angka ini menyulitkan pencapaian misi satu putaran pemungutan suara pilpres.

Kehadiran Jokowi di Jateng untuk meresmikan sejumlah proyek nasional beberapa waktu lalu, lanjut Hakim, pantas diduga untuk menekan angka tersebut.

“Meski (secara gamblang) Jokowi belum clear juga mau berpijak ke mana, tapi harus ada effrort lebih kuat agar merebut 6-7% undecided voters yang kebanyakan kalangan berpendidikan atau malah dari kalangan apatis sama sekali,” ungkap dia.

Kedatangan Jokowi di Jateng belakangan ini dinilai bukan secara acak. Terdapat beberapa daerah bukan basis massa PDIP yang potensial bergeser dukungan seperti pantura, Banjarnegara dan Pekalongan.

Baca Juga :  2.500 Personel Gabungan Disiapkan untuk Pengamanan Wapres Gibran Nyoblos

“Daerah yang dikunjungi Jokowi kemarin punya efek elektoral kuat. Enggak seperti wilayah Jateng selatan yang lebih didominasi PDIP,” tutur dia.

Sementara itu pergerakan paslon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di Jawa Tengah dinilai kurang percaya diri.

Anies pernah menjajal masuk ke lingkungan basis massa umat Islam di acara haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi di Solo.

Dia satu-satunya tokoh politik yang mampu menembusnya. Namun tokoh sentral di kalangan itu, seperti Habib Luthfi bin Yahya justru merapat ke TKN Prabowo-Gibran.

“Niatnya (Anies) gandeng jalur habib-babib  Tapi trennya jadi enggak terlalu kuat. Sedangkan Cak Imin dengan PKB mungkin kuat di Jatim. Padahal pilpres ini battle ground di Jateng,” jelasnya. Suhamdani