SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) mengajak peminat pendidikan untuk membangun cara berpikir filsafat dan menjadikannya sebagai arus utama berpikir guru.
Hal itu diungkapkan dalam kegiatan Mengkaji Pendidikan dengan tema utama “Ruang Ketiga di Pendidikan”, Sabtu (24/2/2024), di Auditorium SMKN 8 Solo.
Founder GSM, Muhammad Nur Rizal berharap melalui kegiatan tersebut maka filsafat pendidikan bisa menjadi arus utama dalam benak guru-guru. Dan para guru nantinya akan terbiasa berpikir secara fundamentalis.
“Proses paradigma pendidikan kita lebih pada membebaskan dari ketidaktahuan menjadi tahu. Harapannya nanti kalau seperti ini gurunya bahagia, berdampak pada interaksi muridnya dan muridnya menjadi bahagia. Maka keduanya akan produktif,” bebernya.
Dalam kesempatan itu, Rizal mengilustrasikan cara belajar anak-anak di Australia yang mengingatkan pada adegan dalam film Laskar Pelangi. Menurutnya, esensi pendidikan sejati bukanlah terletak pada infrastruktur megah atau kehebatan fasilitas, melainkan pada kehadiran ruang-ruang kebersamaan, dialog, imajinasi, dan dialektika yang setara bagi semua individu.
“Berarti di Laskar Pelangi ini jangan-jangan yang membangun kecerdasan berfikir secara fundamental bukan infrastruktur, bukan hebatnya fasilitas, tetapi adalah ruang-ruang ketiga yang diciptakan, ruang-ruang kebersamaan, ruang berdialektika, ruang berimajinasi, secara setara. Walaupun sekolahnya mungkin tidak punya kurikulum, tidak mempunyai nilai akademik, tetapi mampu menciptakan siswanya yang bisa mengubah keadaan dirinya sendiri,” terangnya.
Di sisi lain, Rizal mengungkapkan keprihatinannya akan hilangnya ruang ketiga pendidikan yang digantikan oleh kehadiran kecerdasan buatan (AI).
Di tengah prediksi bahwa pada tahun 2045, AI akan mencapai kecerdasan singularitas yang mampu memanipulasi cara berpikir manusia, ruang ketiga diharapkan dapat menjadi benteng untuk merawat kodrat bawaan manusia dari tergantikan oleh AI.
“Ruang ketiga, saat ini sudah banyak yang hilang dan digantikan dengan Artificial Intelegent (AI). Tahun 2045, AI diprediksi akan memiliki kecerdasan singularity. AI berpotensi dapat memanipulasi cara berpikir dan perasaan manusia, bahkan AI bisa menciptakan tujuan hidupnya sendiri. Ruang ketiga akan membantu manusia merawat kodrat bawaan manusia agar tidak tergantikan oleh AI,” tukasnya.
Ditambahkan Kepala Seksi SMA/SLB mewakili Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Provinsi Jateng Edi Purwanto, tantangan terbesar pendidikan saat ini bagaimana menciptakan sekolah yang benar-benar menyenangkan bagi semua warga sekolah, sambil menjaga agar kasus-kasus seperti bullying tidak lagi merajalela.
Dia berharap gerakan sekolah menyenangkan tidak hanya wacana, tapi menjadi gerakan nyata yang menginspirasi untuk mengembalikan ruang ketiga dalam pendidikan.
“Kita menghadapi tantangan dunia pendidikan adalah bagaimana kita menciptakan sekolah ini menjadi sekolah yang menyenangkan. Sekarang ini sedang diramaikan dengan kasus bullying di Binus. Ini salah satu yang menjadi problematika bagi kita, bagaimana sekolah ini nantinya bisa menjadi sekolah yang menyenangkan,” tandasnya. Prihatsari