SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM —Memperingati Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2024 yang jatuh pada tanggal 9 Februari, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Surakarta menggelar sejumlah agenda kegiatan. Salah satu selalu dirawat setiap tahunnya adalah acara Malam Tirakatan, yang digelar Kamis (8/2/2024) malam.
Selain tirakatan mengenang lahirnya PWI, para wartawan di Surakarta juga memperingati HPN dengan menggelar berbagai acara. Di antaranya santunan untuk janda wartawan maupun wartawan senior, pelatihan jurnalistik, sarasehan kemitraan pers, ziarah ke makam tokoh PWI, talkshow Insan Pers menjawab Tantangan Zaman di salah satu TV lokal dan lainnya. PWI Surakarta juga bekerja sama dengan Monumen Pers Nasional menggelar talkshow tentang Peran Pers dalam Mengawal Pemilu yang Jurdil.
Menurut Ketua PWI Surakarta, Anas Syahirul, rangkaian berbagai berbagai kegiatan itu dilaksanakan sepanjang Bulan Februari 2024 dengan mengambil tema besar yakni “Pers Kuat, Pemilu Bermartabat”. Mengingat HPN kali ini bertepatan dengan ajang pesta demokrasi nasional yakni Pemilu 2024.
“Untuk kegiatan HPN di Surakarta kali ini tidak ada yang berbentuk pengerahan massa di luar ruang, seperti tahun sebelumnya ada sepeda santai keliling tempat-tempat bersejarah. Kali ini semua kegiatan di indoor karena bertepatan dengan kampanye Pemilu,” katanya.
Anas Syahirul menambahkan agenda Malam Tirakatan menjadi kegiatan yang penting karena sebagai sarana mengenang dan napak tilas terbentuknya organisasi wartawan terbesar di tanah air ini. Ada doa bersama, potong tumpeng dan testimoni dari para wartawan senior serta elemen masyarakat lain tentang kilas balik sejarah perjuangan insan pers di tanah air.
“Seperti halnya setiap memperingati berdirinya bangsa Indonesia 17 Agustus, maka malam sebelumnya kita menggelar tirakatan. Begitu juga dengan PWI Surakarta menggelar tirakatan mengenang berdirinya PWI, yang kebetulan didirikan di Kota Solo. Dari lokasi berdirinya PWI inilah malam tirakatan kami gelar, agar para wartawan terlebih warga PWI tidak a-historis. Jangan sampai tidak paham sejarah organisasinya sendiri,” ungkap Anas Syahirul.
Apalagi, lanjut Anas, seringkali saat menemani kunjungan sekelompok wartawan dari berbagai daerah ke Monumen Pers Nasional, banyak yang belum mengetahui di mana dan kapan organisasi PWI didirikan.
“Banyak yang hanya tahu datang ke Monumen Pers karena di tempat itu menyimpan koleksi-koleksi benda bersejarah tentang pers, tapi tak paham kalau di lokasi ini juga monumen sejarah berkumpulnya para wartawan dari berbagai daerah di Nusantara mengukuhkan diri menjadi wartawan pejuang, 9 Februari tahun 1946 lalu. Mereka bertekad turut berjuang mempertahankan kemerdekaan dengan profesi kewartawananya. Tidak ada peristiwa kewartawanan yang se-heroik dengan momentum di Solo, 78 tahun lalu itu. Maka spirit patriotisme para wartawan senior itu harus kita jaga,” tambah Anas.
Malam Tirakatan ini, ujar Anas, adalah bagian kecil dari upaya-upaya bersama untuk mengingatkan momentum kebangsaan yang pernah dimiliki oleh PWI.
Pada malam tirakatan dan sarasehan itu hadir para tamu undangan dari berbagai elemen di wilayah Surakarta. Mulai dari anggota Forkompimda, Kepala BI Solo, pimpinan KADIN Solo, sejumlah rektor perguruan tinggi di Surakarta, KPU, Ketua BPPD, ormas, pengusaha dan para mitra PWI lainnya.
Sejumlah tamu memberikan testimoninya mengenai hubungan dengan pers. Seperti yang disampaikan Kapolresta Surakarta, Kombes Iwan Saktiadi yang mengakui peran besar pers di tengah masyarakat. Lalu Kepala Bank Indonesia, Dwiyanto Cahyo Sumirat siap berkolaborasi dan bersinergi dengan pers untuk membangun perekonomian di Soloraya.
Karena ruangan yang tidak cukup untuk menampung hadirin yang datang, terpaksa para wartawan rela berdesakan di luar ruang. Sementara ruangan aula diperuntukan bagi para tamu undangan.(Suhamdani)