Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Kemeriahan Upacara Mendhak Tirta di Banyudono Boyolali, Ada Arak-arakan Empat Gunungan dan Pengambilan Air Suci

Upacara Melasti atau Mendak Tirta 1946 Saka di Banyudono, Boyolali pada Minggu (3/3/2024) berlangsung meriah. Waskita

BOYOLALI, JOGOSEMARNEWS.COM — Upacara Melasti atau Mendak Tirta 1946 Saka di Banyudono, Boyolali pada Minggu (3/3/2024) berlangsung meriah. Ratusan umat Hindu mengikuti acara dari awal hingga akhir.

Acara diawali arak-arakan umat dari Pura Bhuwana Suci Saraswati di Desa Ngaru-aru, Kecamatan Banyudono menuju Umbul Siti Inggil di Desa Bendan, Banyudono. Mereka berjalan kaki sejauh 2 km dengan membawa bendera serta empat gunungan dan sesaji.

Yaitu, dua gunungan ukuran besar dan dua ukuran kecil. Gunungan berisi hasil bumi, seperti sayur mayur, buah, jajanan dan lainnya. Begitu tiba di Umbul Siti Inggil, para jemaah langsung memadati joglo setempat. Kemudian menggelar doa bersama sekitar satu jam.

Baru dilanjutkan prosesi pengambilan air suci untuk dibawa dan dibagikan ke pura-pura. Usai pengambilan air suci, peserta lalu berebut gunungan hasil bumi. Mereka percaya bakal mendapatkan berjah dari hasil bumi yang diperebutkan itu.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Banyudono, sekaligus Ketua Panitia Mendak Tirta, Heru Kuncoro, menjelaskan, kegiatan ini merupakan upacara pengambilan air suci dari Umbul Siti Inggil. Air suci tersebut akan digunakan untuk upacara Tawur Agung.

Air suci juga akan dibagikan ke pura-pura wilayah Banyudono, Boyolali hingga Solo. “Kami mengambil di sini, karena secara metafisis umbul di sini sebagai sumber mata air yang paling tinggi. Setelah ini, tak ada sumber air lagi,” katanya disela acara.

Diakui, pelaksanaan Mendak Tirta tahun ini lebih meriah. Apalagi, kini tak ada pembatasan jumlah peserta. Bahkan, umat Hindu yang datang tak hanya dari lokal Banyudono dan Boyolali saja.

“Selain dari Banyudono, juga dari Boyolali dan Solo,” sambungnya

Ditambahkan, upacara Mendak Tirta ini merupakan rangkaian upacara menyambut Hari Raya Nyepi. Ada pula nantinya arak-arakan ogoh-ogoh.

“Lalu malam Nyepi, selama satu hari satu malam tidak menyalakan api, tidak bekerja, tidak bersenang-senang, tidak makan,” katanya.

Dengan dibagikannya air suci ke pura-pura untuk pelaksanaan Mecaru atau Pangrubukan, maka diharapkan umat Hindu senantiasa mendapatkan kedamaian.

“Harapan kami, moga- moga seluruh umat Hindu khususnya, dan umat lain di daerah kami, dalam keadaan damai, tenteram, bahagia, sejahtera dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, beragama dan bernegara,” katanya. Waskita

Exit mobile version